Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Sawang Sinawang

Umur segini masih gini-gini aja, dia udah nikah, punya anak, banyak yang dicapai di umur segitu.   Kamu pernah dengar istilah 'sawang sinawang'? Sawang sinawang hampir mirip dengan istilah 'rumput tetangga lebih hijau'. Menurut wikipedia 'Sawang sinawang' (bahasa Indonesia: memandang dipandang/saling memandang) adalah sebuah ungkapan bahasa Jawa tentang perilaku membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain. Pepatah ini mengandung ajaran untuk tidak membanding-bandingkan kehidupan seseorang dengan orang lain, karena apa yang dipandang belum tentu seindah atau semudah yang tampak. Bab sawang sinawang ini lebih terasa dengan adanya peran media sosial. Media sosial menjadi salah satu sarana yang membuat pandangan tentang orang lain lebih 'wah' semakin mudah dirasakan. Sangat memungkinkan sekali seseorang cepat merasa insecure dengan hanya melihat postingan dari orang lain. Dari media sosial sebenarnya kita diharapkan bisa menggunakannya den

Dua tahun menikah, udah isi belum?

Haaai, lama sekali rasanya tidak menulis cerita. Tentang kenangan yang sering terlewat begitu saja, moment yang berangsur terlupakan karena ditimpa dengan kenangan yang baru. Selain sebagai pengingat, banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan refleksi diri karenanya. Dalam kehidupan akan selalu ada pertanyaan klasik yang tak lekang oleh zaman. Setelah lulus SMA akan ditanyai kuliah dimana, lalu kerja dimana, kapan nikahnya, kapan punya anak, kapan tambah anak lagi, dan masih banyak lagi. Usia pernikahanku sudah 2 tahun dan belum dikaruniai anak, pertanyaan seputar kapan punya anak pun sudah kerap kali ditanyakan. Dari yang mulai ditanggepi dengan santai sampai geram sendiri. Terlebih adikku yang baru menikah tetapi lebih dulu diberi titipan oleh Allah, pertanyaan mulai beragam. Mulai dari, “Udah isi belum?” “Gimana ko ga jadi-jadi..” simbah-simbah mulai pada nanyain. “Bisa ‘ngadoninnya’ ga sih? Adonannya bantet kayanya..” ini becanda sih, tapi tapi. “Yang sabar ya nduk,” kut