Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Karena Aku Ada

Setelah atraksi jumping dengan motor tril dan minta dipoto, bapak minta fotonya dicetak. Beberapa kali dalam hari yang berbeda pula bapak menagih poto gaya ngetrilnya tadi, minta dicetak besar katanya. Kemarin saat pulang dari kantor sengaja aku mampir di Sampoerna untuk cetak foto bapak di senja beberapa hari lalu. Sekalian saja aku berikan frame untuk bingkai kemudian dipasang di tembok rumah. Sesampainya di rumah, aku beritahukan pada seisinya bahwa foto sudah dicetak besar sesuai pesanan. Bahagia itu ketika senyum merekah menutup sedikit lelahnya. Bahagia itu ketika bapak antusias cari paku dan memukul tembok untuk kemudian memasang fotonya di dinding malam itu juga. Kulihat sekitar jam sembilan malam. "Kog bapak malah keliatan kayak anak kecil?" "Kog kepalanya besar?" ( Kujawab, biar gantengnya keliatan ) "Harusnya gayaku agak miring" Dengan ekspresi wajahnya yang serius dan menggerakkan tangannya seolah sedang melakukan atraksi ( Biar keliatan kere

Lagi Lagi

Hai, rindu. Petang namun tak gelap sempurna. Sosok bola putih bercahaya terang malam itu. Purnama paripurna. Hanya satu yang disayangkan, ini kelu, menambah rindu. Tak ada yang namanya permisi untuk rindu. Tak ada ikatan waktu dan tempat untuknya. Dia datang dan pergi sesukanya. Mengintai pikiran dan hati manusia. Rindu lelehkan bekunya es batu. Rindu menghalusinasikan waktu yang berjalan menjadi begitu lamban. Rindu mengundang senyum, menyuguhkan kenangan, hingga luberan mata air di pipi. Sesak dada yang tak tertahankan menambah drama saat rindu sedang melanda. Ketika dirundungnya, hati terkadang tak sadar secara penuh. Pun pikiran. Hal-hal sepele sangat mudah menambah keadaan semakin runyam saja. Memancing emosi. Sensitif. Ada-ada saja. Rindu kian menjalar, merangsang manusia menjadi pecandu. Hanya dari hal sederhana melihat album penuh kenangan. Mengingat momen kebersamaan yang tak bisa dibeli dengan apapun. Mengingat apa yang seharusnya tidak diingat. Membuka lembaran mem

Judgement

Beberapa orang sengaja duduk lebih lama di malam seusai kumpulan Karangtaruna di desaku. Kami membahas mengenai persiapan nyinom di pernikahan teman kami sambil gojekan . Nah, foto di atas awalnya ide dari salah satu teman. Dan bahuku dipinjam dan diminta agar terlihat pria. Karena bahu ku tidak terlihat bidang, akhirnya aku lah yang jadi pihak wanita. Sempat aku jadikan display picture di akun BBM beberapa waktu lalu dan banyak tanggapan "cieee" dari teman-teman. Haha, menggelikan. Pasti banyak sekali yang berspekulasi tentang fotoku bersama Vita ( @vitaayusuryaningtyas ) itu. Dari 5 chat yang berkomentar, hanya satu orang yang benar-benar ingin tahu dan konfirmasi siapa yang aku rangkul bahunya dalam foto. Entah komentar atau judgement apa saja yang terlintas di kontak BBM ku yang melihat foto itu. Ironisnya, saat berita beredar tanpa akar yang jelas, 'judgement' sepertinya lebih dipilih orang pada umumnya dibanding konfirmasi langsung pada yang bersangkutan. T

Kesetiaan Menunggu Senja

Bertemu orang baru adalah cerita baru. Di sebuah toko bangunan, akan banyak ditemui sales yang wira-wiri menawarkan produknya. Tentu banyak karakter para sales yang berbeda-beda yang mampir ke toko. Dari penampilan mas yang nyetil, mbak yang semerbak wangi, bapak tegap dan gagah berkacamata yang suaranya lembut, sampai mas tukang batu bata yang tak ketinggalan gaya klimis rambut berpomade-nya.  Terkadang ibuk cerita soal tingkah para sales tersebut. Dan ada salah satu kisah inspiratif yang membuat baper. Kali ini kisah tentang seorang suami yang begitu setia dengan istrinya, apapun yang terjadi. Sepasang suami istri hidup bersama dan suatu ketika istri sedang dalam keadaan mengandung. Entah apa penyebabnya, saat hamil sang istri stres dan sedang kacau. Yang dia inginkan hanya membunuh anaknya dalam kandungan. Tak pikir panjang sang suami terus setia disampingnya, menjaga kalau-kalau ada sesuatu. Begitu seterusnya sampai anaknya lahir. Ternyata keadaan istrinya masih saja st

So What?

"Lho, resign?" "Lho, resign lagi?" "Pindah kerja lagi kamu?" "Ya ampun, semoga lekas dapet yang nyaman ya. Hahaa" Wahaa.. Udah sering digituin belum? Sebenarnya bekerja lama atau tidak itu tidak melulu karena faktor kenyamanan. Bertahun-tahun lamanya seseorang bekerja = nyaman itu salah besar. Tidak sama dengan lho ya, meskipun memang faktor kenyamanan menjadi pertimbangan yang cukup penting di dalamnya. Ada beberapa hal mengapa seseorang bertahan walaupun tidak mendapatkan sebuah kenyamanan di dalamnya. Dan ada faktor lain mengapa seseorang pindah dari suatu tempat kerja ke tempat yang lain. Menurut pribadi, mengapa seseorang stay lama atau sebentar dalam sebuah perusahaan masalahnya bukan di nyaman atau tidaknya kita menjalani sebuah pekerjaan, namun balik lagi bagaimana keputusan kita menghadapi persoalan di depan. Kebutuhan setiap kita jelas beda. Ada yang mengejar materi, ada yang memperbanyak relasi, menambah pengalaman, ada ya