Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Bersua dengan Senja

Ramadhan kian berlalu, meninggalkan umat muslim di seluruh penjuru. Bulan istimewa yang selalu dinanti kedatangannya. Takbir kemenangan mulai terdengar dikumandangkan, menggema ke seluruh ruas-ruas kota. Hari kemenangan sekaligus hari perpisahan untuk bulan seribu bulan. Tak ada satupun orang menolak untuk bertemu denganmu di tahun-tahun berikutnya. Satu sudut yang selama ini tidak terlalu kupikirkan. Setelah takbir memecah riuhnya alam, setelah ribuan umat muslim melaksanakan shalat Idul Fitri, kujabat tangan renta itu, kucium, dan kudengar keluh kesah di hadapannya langsung. Hampir satu abad, mbah kakung masih cukup mandiri dan bugar. Tak pernah kudengar beliau menggertak marah karena suatu hal, tak pernah sekalipun. Hanya terkadang mengeluh sakit. Maklum, waktu yang membawanya ke titik itu. Alhamdulillah simbah masih diberikan umur panjang, karena tak sedikit rekan perjuangannya, bahkan istrinya dipanggil terlebih dulu. Rumah berisikan 6 orang. Ketika aku, bapak, dan ibu ke

Miris

Ada kisah miris di balik foto ini. Ceritanya cukup panjang, dan saya coba ringkas disini. Kami saudara sepupu dari sepasang almarhum simbah yang tersebar di berbagai daerah. Hari raya Idul Fitri menjadi momen kami berkumpul, itu pun tak mesti setahun sekali. Alhamdulillah, walaupun tak semuanya pulang ke desa, kami bisa bersilaturohim sekadar nonton bareng ke mall malam itu. Satu orang lagi tidak bisa ikut karena menjadi saksi penting sebuah kasus kemalingan yang dilakukan oleh teman ibuk waktu shalat Ied. Alkisah, hari H Idul Fitri kemarin Arung sebagai saksi utama tiba-tiba kedatangan tamu bulanan. Dia mengurungkan niat untuk ikut ke lapangan. Karena ibuk jadi panitia putri, bapak dan Leo udah berangkat dulu, aku berangkat sendiri dan ke rumah tetangga cari gandengan. Nah, berarti ada 2 orang berada di rumah waktu itu.  Saat takbir dimulainya shalat dikumandangkan, Arung mengaku sedang di dapur. Terdengar suara motor mendekati rumah, dia berpikir itu ibuk yang balik ke rumah

Bulan Ramadhan 2012 Silam

Jamannya jadi mahasiswa, saya beberapa kali mengikuti acara Sekolah Kampung Bhakti Saseru, salah satu anak kementerian Sosial Masyarakat BEM FSSR UNS. Kali ini saya sedikit bercerita tentang kenangan saat kami bermain di GOR UNS dalam acara peringatan Hari Anak Nasional. Sekitar 3 tahun lalu, tepat di bulan Ramadhan pula kami mengikuti rentetan acara perlombaan hingga buka bersama. Berbagai perlombaan diselenggarakan, dari mulai cerdas cermat, lomba mendongeng, hingga lomba shalat. Antusias tergambar jelas di wajah mereka. Kemampuan dan bakat mereka diasah di ajang yang diikuti puluhan anak dari perwakilan desa yang berbeda. Yang membanggakan waktu itu beberapa anak SKBS menjuarai lomba. Aku yang tidak banyak wewenang disini merasa bangga, terharu, dan bersukacita membuat gelombang bahagia bersama cinta mereka. Ini lho Mbak Bungsu si Ibu Peri Ah, aku rindu masa-masa itu. Halo adek-adek, sehat semua kan? Sudah kelas berapa sekarang? Masih ingat sama mbak Rezki?

Belajar Ikhlas

Salah satu kultum (kuliah tujuh menit) bakda taraweh di mushola dekat rumah saya menceritakan kisah ringan tentang arti sebuah keikhlasan. Sebuah rumah berhunikan seorang kakek tua bernama mbah Mento mempunyai pohon pepaya di depan rumahnya. Suatu sore menjelang senja, mbah Mento keluar rumah untuk pergi ke mushola. Sepulang dari mushola, dia tak sengaja mendongak ke atas pohon pepaya di depan rumahnya, ada 3 buah menggantung yang sudah mulai matang rupanya. Lalu beliau melanjutkan jalannya masuk ke rumah. Tak lama beliau keluar rumah lagi untuk menunaikan ibadah salat Isya dan Tarawih serta Witir. Selepas dari Mushola, mbah Mento mendongak lagi ke atas pohon pepaya. Hanya tinggal 2 buah pepaya. Bukannya bingung atau marah, mbah Mento malah merasa kasihan kepada maling pepaya. Sebegitu pinginnya sampai rela malam-malam memanjat pohon yang cukup tinggi ini. Keesokan harinya, mbah Mento berinisiatif memasang tangga di pohon pepaya tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memudahkan orang y