Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Asing Dengan Bahasa Sendiri

Bahasa adalah cara yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa tidak melulu diucapkan, bisa diungkapkan dengan berbagai cara. Diawali dari bahasa ibu, setiap kita pasti belajar berkomunikasi dari ibu. Naik lagi ke bahasa daerah, bahasa kebiasaan lingkungan dalam suatu daerah yang sudah sejak dulu kala yang mengalami pengulangan dan kebiasaan hingga menjadi bahasa persatuan dalam suatu daerah. Lalu di atasnya ada bahasa persatuan kita, yakni bahasa Indonesia. Mempersatukan semua daerah dengan bahasa nasional. Setelahnya ada lagi bahasa internasional. "Ketinggalan jaman kalo kamu ga bisa bahasa inggris." Kalo saat ini ga bisa bahasa inggris ga gaul katanya, ketinggalan jaman. Memang bahasa inggris tidak bisa diremehkan, di jaman yang semakin maju, bahasa internasional juga diperlukan untuk "membaca". Namun disini yang akan dibahas adalah mulai lunturnya nilai bahasa daerah. Kuno katanya, ga gaul juga kalo masih pake bahasa daerah. Malah mungk

Moral Sinetron atau Penonton?

Malam hari, ketika aku dan keluarga sedang asyik nonton tivi, ibu tiba-tiba nyeletuk "..gausah nonton sinetron ini. Ga baik, ga ada gunanya. Wes, sana pergi belajar" yaa.. Ibuk menerangkan khususnya untuk adekku cowok menginjak ABG, baru masuk kelas 1 SMP saat ini. Sinetron apasih? Hmm.. Saat ini banyak banget orang gandrung dengan sinetron unggulan salah satu stasiun tivi swasta yang berjudul "Anak Jalanan". Bintang utama bernama Boy dan Reva. Diperankan oleh sepasang kekasih Steven William dan Natasha Willona. Jutaan pasang mata setiap malamnya tak sabar melihat adegan yang mereka perankan bersama artis pendukung lainnya. Dikemas apik dengan berbagai permasalahan anak muda di waktu SMA. Tak terkecuali masalah percintaan anak muda dan pacaran. Iyaa, aku paham ibu komentar seperti itu untuk menjaga anak-anaknya dari pergaulan yang kurang pas di skenario cerita " Anak Jalanan" itu, terutama masalah percintaan anak muda. Tapi lucunya, beberapa har

Senjaku UntukMu

Sepulang kerja setelah menaruh peralatan tempur kantor, aku langsung disuruh ke dapur, melahap mi instan yang hangatnya nyaris hilang karena sudah dihidangkan beberapa waktu lalu.  Kuambil rambak (kerupuk) di tas, melihatku kriak kriuk makan kerupuk sebagai lauknya, Ibu kemudian tanya, "Lho, kog dapet 'rambak'? Darimana?" "Abis beli dari masjid buk, yang jual simbah-simbah", jawabku. Setelah itu, kuceritakan sedikit tentang nenek penjual rambak tadi. Selain rambak, simbah tadi juga menjual telur, dan beberapa bungkus kacang tanah yang disangray. Beliau menjajakkan dagangannya di Masjid Besar Baiturrohman Sukoharjo . Lapak yang amat sederhana ia gelar dipinggiran masjid dekat parkiran motor, hampir-hampir tidak nampak ada seorang penjual disitu. Bagaimana tidak, hanya ada bangku kecil berselimut karung plastik bekas dan tempat duduk yang beralaskan tumpukan karung juga. Awalnya simbah berusia senja itu mengaku membuka lapaknya di taman tengah de

Hello April

"Sudah April lagi.."  Kudongakkan wajahku menatap lekat langit yang sedang berwajah murung pagi itu. Ya, sudah April lagi yah. Jumpa lagi dengan bulan istimewamu. Bulan kian berganti dengan yang baru, dan pikiranku masih saja tak berhenti melayang kesana kemari. Ramai riuh sendiri. Terkadang aku iri dengan burung dan kupu-kupu yang bebas mengepakkan sayap sesuka hati. Terbang wira wiri , menari bersama hembusan angin pribumi. Meliukkan badan,  selalu riang menikmati indahnya alam. Aah, punya sayap? Ngayal! Kamu tahu, kalau saja tanganku bisa menjadi sayap kapanpun aku mau, tak usah menunggumu meminta bertemu, tiap hari akan kuluangkan waktu menyambangimu. Meski jarak yang kutempuh lebih dari jauh, meski melewati kota demi kota yang riuh dan cukup sesak. Meski kamu sedang asyik dengan duniamu saat ini. Sekalipun meski kamu tidak melihatku ada disana. Impianku mungkin saat ini belum akan terwujud untuk terbang melintasi samudera kasat mata yang tak ada batasnya