Malam hari, ketika aku dan keluarga sedang asyik nonton tivi, ibu tiba-tiba nyeletuk "..gausah nonton sinetron ini. Ga baik, ga ada gunanya. Wes, sana pergi belajar" yaa.. Ibuk menerangkan khususnya untuk adekku cowok menginjak ABG, baru masuk kelas 1 SMP saat ini.
Sinetron apasih? Hmm.. Saat ini banyak banget orang gandrung dengan sinetron unggulan salah satu stasiun tivi swasta yang berjudul "Anak Jalanan". Bintang utama bernama Boy dan Reva. Diperankan oleh sepasang kekasih Steven William dan Natasha Willona. Jutaan pasang mata setiap malamnya tak sabar melihat adegan yang mereka perankan bersama artis pendukung lainnya. Dikemas apik dengan berbagai permasalahan anak muda di waktu SMA. Tak terkecuali masalah percintaan anak muda dan pacaran. Iyaa, aku paham ibu komentar seperti itu untuk menjaga anak-anaknya dari pergaulan yang kurang pas di skenario cerita " Anak Jalanan" itu, terutama masalah percintaan anak muda.
Tapi lucunya, beberapa hari setelah ibu komen menyoal sinetron stripping tersebut, kami berlima tak terkecuali ibu malah menikmatinya. Dan ketawa-ketiwi melihat Adreana (mama tirinya Reva) yang sering berulah. Memang, kalo cerita di luar percintaan Reva dan Boy, ibu dan aku pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun setelah sepasang kekasih itu mulai berakting, suasana rumah jadi kikuk, hening dan aku pun agak risih melihatnya. Kalau mereka berdua mulai adegan menye-menye, aku pasti mulai cari keributan untuk memecah keheningan. Ngapain gitu, sok tanya-tanya apa gitu, pokoknya ya gitu.
Lucu kan? Ibukku aja yang awalnya melarang malah bisa ikut arus sinetron anak muda itu. Lha apalagi "kita" yang termasuk target pasarnya? Hmmmh.. Se desaku lagi geger sinetron ini. Dulu pas aku ke warung hik aja penjualnya bilang kalo warungnya mulai rame kalo "Boy dan Reva" rampung.
Ironisnya, beberapa kali muncul isu di sosial media yang menyebutkan bahwa anak-anak kecil belum cukup umur mulai berani berpacaran dan ngeyel minta dibelikan motor ninja seperti genk "Anak-Anak Jalanan" tersebut. Tak malu mereka tontonkan adegan mesra dengan pacarnya. Upload ke sosial media dengan bangganya. Nah, inilah yang ibuk (aku pun) pasti mengkhawatirkan anak-anaknya.
Anak remaja lebih banyak mengalami masa kritis dimana butuh benteng kuat untuk menahan setiap godaan yang datang di hadapannya. Pergaulan dan lingkungan yang banyak dari orang tua takut jika anaknya salah dalam memilih teman. Di sisi lain, sinetron ini terlihat mencoba memperbaiki mainset remaja khususnya di Indonesia tentang pandangan tentang berpacaran dan cara bergaul. Contohnya peran utama yang baik dan selalu dikaitkan dengan norma agama. Ini yang menurutku menjadi nilai plusnya.
Bagaimana bisa membatasi anak-anak namun tidak mengekangnya? Bagaimana menanamkan sikap untuk anak mampu menjaga dirinya sendiri tanpa melulu diingatkan orang tua dan tidak lagi dibayangi rasa khawatir dari orang tua? Bukankah keimananan yang menjadi jawabannya? Lalu bagaimana menanamkan keimanan yang benar pada anak? Bagaimana memberitahu secara bertahap untuk anak tahu diri kapan saatnya menerima dan membatasi pergaulannya tanpa pengawasan orang tua?
Waah, begitu banyak pertanyaan di isi kepalaku. Namun entah pada siapa pertanyaan itu ku ajukan untuk mendapatkan jawabannya. Aku berharap kelak mampu mendidik anak-anakku dengan kasih sayang penuh dan mencetak anak-anak yang shalih dan shalihah. Aamiin..Karena apapun tontonannya, jika anak sudah memiliki benteng yang kuat dengan edukasi yang lengkap
maka insyaAllah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
Pe er nya, karena sekarang sebelum menikah dan punya anak, harus terus dan terus memperbaiki diri. Ya, sampai kapanpun memang harusnya begitu, terus memperbaiki diri. Semangat terus pokokna mah. Yang lalu jadi pengalaman berharga, untuk kita naik level ke tahap selanjutnya. Bismillaah.
Komentar
Posting Komentar