Aku menyusuri jalanan dengan sisa-sisa abu vulkanik Kelud yang belum juga hilang setelah hujan diturunkan untuk menyapunya berkali-kali. Sepatu yang dibeli sampai kuyup malam lampau, aku memakainya dengan bangga. Hari itu aku berdandan cantik dan anggun minimalis . Sayang, sang idola yang aku cari tak juga nampak batang hidungnya di pagi yang cerah itu. Tanpa menghiraukan pikiranku yang saat itu kacau, aku terus melangkahkan kakiku ke depan. Berharap menemukan 'aku' kembali padaku. Inspirasi yang aku cari disuatu tempat gagal aku dapatkan. Terlalu berat rasanya isi kepala ini. Rasa lelah pun cepat datang ketika pikiran sedang kacau seperti sekarang. Sudah bulan Maret. Sudah berkepala dua. Sudah seharusnya tak lagi meminta. Yang seharusnya tak manja. Pikiran-pikiran yang meracau pun sepertinya sangat paham kapan mereka harus datang menghampiriku. Langkahku mulai gontai, sekuat tenaga aku jaga agar jangan sampai terjatuh dalam bayangan hitam itu. Kosong. Pikiran ini