Langsung ke konten utama

Kepercayaan Itu Mahal

Di desaku saat ini sedang berlangsung pembangunan pesantren khusus laki-laki. Pesantren yang dibangun dengan gotong-royong warga setempat ini merupakan perluasan dari bangunan yang sebelumnya di daerah lain. Pesantren ini dibangun dengan penuh perjuangan, meski berjalan lambat karena hambatan dana, pembangunan terus berlanjut. Tanah yang dibangun adalah tanah wakaf dari beberapa dermawan, dana yang digunakan merupakan hasil jerih payah para pencari donatur berlari kesana-kemari. Sekitar satu bulan lalu, 40 anak dari pesantren yang sebelumnya sudah mulai dipindahkan ke desa. Untuk sementara waktu, 40 anak tersebut menggunakan dua rumah warga dalam proses pembelajaran dan sebagai rumah hunian.

Ketua dari pembangunan pesantren ini adalah salah satu tokoh masyarakat di sini, beliau salah satu orang kepercayaan Lurah desa. Walaupun demikian, diduga ada kongkalikong antara ketua pembangungan pesantren dengan pihak-pihak tertentu, diperkuat dengan warga yang gelisah karena tidak ada yang tahu menahu mengenai pergantian ketua yang sebelumnya dengan yang sekarang. Ketua yang dicap kongkalikong ini dulunya adalah sosok yang sangat disegani, salah satu tokoh agama yang sering ceramah di masjid-masjid, tokoh yang menjadi teladan di masyarakat. Tetapi semenjak terkuaknya kasus korupsi dan politik kotor yang membelitnya, kehormatan dan kepercayaan masyarakat luntur seketika.

Suatu hari seorang pencari donatur sedang beraksi mencari para dermawan untuk  dana untuk pembangunan. Banyak diantara para dermawan mereka tidak suka dengan ketua pembangunan pesantren. Salah satu donatur berkata "Sebenarnya saya mau nyumbang 30 juta, tapi kalau ketuanya dia saya gamau." Akhirnya dari 30 juta, hanya 1/30 rupiah dari jumlah yang dibilang sebelumnya. Beberapa donatur lain juga bersikap mirip dengan hal tersebut. Meskipun dalam bershodaqoh harusnya ikhlas agar mengaharap pahala dari yang kuasa, tetapi keikhlasan tersebut telah dikalahkan kepercayaan yang sudah ajur mumur.

Dengan panasnya gosip yang beredar saat ini, sang ketua tersebut berulah lagi. Beliau membeli mobil disaat pembangunan pesantren yang masih memerlukan banyak dana, mobil yang belum terlalu berguna tersebut jelas sering terlihat hanya jogrok di depan rumanhnya. Selain itu salah satu rumah yang dijadikan sebagai proses pembelajaran sementara terlihat tidak berbeda dengan sebelumnya, yakni rumah kosong yang sudah lama tidak diurus. Sepertinya sang ketua tidak sadar bahwa tingkahnya selama ini selalu diawasi puluhan bahkan ratusan pasang mata. Beliau merusak kepercayaan masyarakat yang selama ini melekat pada dirinya.

Cerita diatas menjadi satu pembelajaran besar bagi kita, bagi diriku sendiri khususnya. Mahal, memang sungguh amat sangat mahal harga sebuah kepercayaan itu. Aku sangat beruntung masih memiliki orang-orang yang sayang dan percaya padaku setelah beberapa masalah yang pernah kulakukan sebelumnya. Aku akan berusaha untuk selalu menjaga kepercayaan yang sempat luntur pada diriku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se