Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Gunung Api Purba

Pernahkan kamu mendaki Gunung Api Purba di Yogyakarta? Gunung yang mempunyai nama asli Gunung Nglanggeran ini berada di  Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul. Nama Nglanggeran berasal dari kata Planggaran yang mempunyai makna setiap ada perilaku jahat pasti tertangkap/ketahuan. Ada juga yang menuturkan Gunung Nglanggeran berasal dari kata Langgeng artinya desa yang Aman dan Tentram. Gunung Nglanggeran merupakan gunung api purba yang pernah aktif puluhan juta tahun lalu. Terletak di kawasan karst Baturagung, gunung yang tersusun oleh material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur. Ada banyak mitos seputar Gunung Api Purba. Mulai dari pegunungan Nglanggeran dilingkari Naga Besar yang memiliki kesaktian menyembuhkan segala bentuk macam penyakit, saat melakukan kesenian Wayang Kulit dalang dilarang membelakangi Gunung Nglanggeran, dan zona utara Gunung Nglanggeran tidak boleh menyelenggarakan kesenian wayang kulit. Ada juga keperca

Bapakku Sayang

Akan kukabarkan pada dunia Bapakku yang luar biasa, bukan seperti bapak lainnya Meskipun dirasa keras dalam bernada, bapakku bukan tipe penyombong Bukan pengumbar sayang pada keluarga ke keluarga lainnya Maafkan jika anakmu ini belum jadi apa-apa Maafkan keluhanku yang sering terlontar padamu Maafkan atas sikapku yang manja ingin selalu dimengerti Terimakasih untuk segala hal yang pernah tercipta Terimakasih untuk cinta kasihmu Terimakasih yang tak akan pernah putus oleh waktu Terimakasih, pak Bapakku sayang Selalu sayang Selalu sehat Selalu bahagia, nggih Aku berdoa untukmu Selamanya...

Tumpah Ruah

Berantakan Berserakan, ribut sekali Mobil berdecit terburu Angin was wis wus berisyarat Menggumpal membentuk formasi Bersama resak dan puing runtuhan Kulihat petir membelah bumi Rintikan jatuh bergerombol, tak pernah sendiri Ranting-ranting rapuh pasrah menjatuhkan tubuh Terlindas diantara roda-roda yang terburu melaju Menjadi serpihan yang membekas sementara Melodi hujan terus berkumandang Kali ini gemercik yang kontras bersua Sedikit gemuruh menggelegar Aku kembali duduk bersila Ah hujan Datanglah semaumu, menemaniku Menyeruput kuah mie instan yang masih kental Di tengah tumpah ruahmu Masih sibuk mengguyur bumi Yang sedang demam tinggi

Atmosfer Maguwoharjo Tahun Lalu

Fireworks and rollpaper party jelang pertandingan di International Maguwoharjo Stadium, Sleman. Sepakbola. Siapa yang tidak tahu permainan yang digemari hampir seluruh penjuru dunia ini? Tidaklah asing juga bagiku mendengar kata sepakbola. Tapi urusan bagaimana alur bermain dan aturan-aturannya jangan tanya. Termasuk jangan tanyakan siapa dari klub mana pemain-pemain nasional maupun internasional. Ketika dunia memperdengarkan sorak lapangan hijau yang menggema. Aku menjadi seseorang yang selalu tidak paham tentang hal itu. Hanya sebagian kecil saja nama-nama pemain internasional yang kutahu. Itupun dari temanku, seperti Christiano Ronaldo dan Ozil. Ya, aku orang yang bisa dikatakan tidak begitu tertarik dengan dunia sepakbola. Walaupun tidak ada pemain atau klub kesayangan seperti kebanyakan orang, ingin rasanya sekali saja merasakan atmosfer keriuhan menonton bola live di stadion. Membayangkan ikut arus saat membuat ombak raksasa yang biasa terlihat ketika pertandingan ditay

Keterbatasan Bukan Halangan

Sabtu pagi aku pulang dengan naik bus seperti biasa. Setelah oper bus lain, kali ini aku duduk di dekat jendela, samping pintu depan. Disebuah persimpangan, bus menepi lagi untuk menaikkan penumpang yang menyetopnya. Seorang tunanetra dibantu naik dan segera duduk disampingku yang masih kosong waktu itu. Awalnya aku hanya sibuk bermain dengan handphone biruku, sampai akhirnya ibu disampingku bertanya "sudah sampai proliman?". Sebenanrnya sedari tadi aku mau menanyakan dimana ibu ini akan turun, tetapi pertanyaan belum sempat keluar dari mulut, sudah saja ibu bertanya kepadaku. "belum buk."  seketika kujawab pertanyaan singkat beliau tanpa basa-basi menyapaku terlebih dulu. Setelah pertanyaan pertama, kami mulai berbincang tentang beberapa hal. Beliau bercerita kalau sedang dalam perjalanan menjemput anaknya yang bersekolah di SLB. Anaknya manja, berumur empatbelas tahun, kasihan kalau disuruh pulang sendiri. Mengantar jemput sudah menjadi kegiatan rutin ibu yang

Eskrim Coklat

Hari selalu tak lelah berganti Jalanan semakin ramai penuh sesak Kulihat gadis kecil di bawah tiang listrik Dipinggir jalan, terlihat menyedihkan Ada apa gerangan? Kupandangi dia Sepertinya dua hari ini menangis tanpa henti Tak ceria seperti biasa Banyak yang beralulalang acuh melewatinya Mungkin ada dari mereka yang ingin bertanya Tapi tak kulihat satupun mendekati Kuamati lebih seksama Kupandangi detail gerak gerik gadis mungil itu Dimarahi orangtua? Sedang bertengkar dengan kakaknya kah? Entah, waktu tak mau membisikkan jawabannya Segera kubelikan eskrim coklat kesukaanku Kubukakan bungkusnya Kurangkul pundak kecilnya Kusodorkan eskrim yang mulai putih itu Kubantu mengusap air matanya Tak terdengar lagi tangisnya Hanya isak pengal tersengal sesekali Beberapa saat dia siap meraih eskrim dari tanganku Sedikit tenang kurasa Tak ada kata Namun senyum kecil terlihat diantara helai rimbun rambutnya

Mengingatkanku

Dua hari sudah sang langit berisyarat Adalah potongan sketsa yang tak berujung Teka-teki yang tak bisa dipecahkan oleh orang amatir sepertiku Disetiap bulir rintik yang jatuh membelai dasar Penanda romantika alam diantara keduanya Inginku memeluk senja bersamamu Beralun hembusan angin yang atis Diantara padang ilalang Nyanyian jangkrik yang mendelik Berimaji berdua menembus negeri dongeng Hari ini Udara yang membelai lembut menyentuh pori tubuhku Kucium hawa khas permadani Percis sekali Seketika menyeringai mengingatkanku Imajiku melayang jauh kembali ke waktu itu Saat senja bersama sosokmu Memburu waktu Yang kian berlalu

Terjebak

Pernah tidak detik waktu terasa berdetak sangat lamban? Kekosongan dan rasa hampa yang tiba-tiba membayangimu? Kekecewaan, pelampiasan, kehambaran membentuk pola rumit yang membingungkan. Dimana sang waktu menyembunyikan kebahagiaan? Adakah diantara ribuan kunang-kunang malam memberi petunjuk? Loh, bukankah bahagia itu sederhana? Sesederhana melihat kenangan manis masa lalu? Ya , mungkin saja begitu. Tapi adakalanya kita pernah terjebak di ruang hampa karna nostalgia bukan? Detiknya tak mau jalan. Apa baterai waktu bisa ngaret? Atau habis mungkin? Mataku mencoba terpejam, berharap segala keheningan berubah indah dalam skenario mimpi. Namun entah mengapa kali ini tak mudah bagiku memejamkan keduanya. Tiba-tiba langit mulai berkilat. Angin pertanda hujan mulai tercium lembut. Gemuruh datang silih berganti seperti lampu disko. Derai hujan pun akhirnya berhasil memecahkan semua keheningan ini. Kehampaan seketika ludes diguyur deras rintikannya. Hujan selalu menenangkan bukan?

Bunda

IBUNDA TERCINTA oleh : Umbu Landu Paranggi Perempuan itu bernama duka, derita, dan senyum yang abadi tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi dari ujung rambut sampai telapak kakinya Perempuan itu bernama koban, terimakasih, restu, dan ampunan dengan tulus setia telah melahirkan berpuluh lakon, nasib, dan sejarah manusia Perempuan itu bernama cinta kasih sayang, tiga patah kata purba di atas pundaknya setiap anak berdiri menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya (Solo Berseri 2006) Sebelumnya aku bercerita, nostalgia mengikuti lomba baca puisi islami tingkat SMP/MTs Se-Kabupaten. Dan ini, adalah puisi pilihan yang aku latunkan sekitar delapan tahun silam.

Rindu Kasihku

RINDU KASIHKU UNTUK IBU oleh : Suksmawan Yant Mujiyanto Rindu kasihku untukmu, Ibu Indah syahdu deras menderu Seperti angin kencang di laut biru Maka lajulah bahteraku laju Menempuh pelayaran nun jauh hati pun berbinar Elok bermekaran bagai kelopak-kelopak mawar Bersama kecipak ombak, dibuai badai ditimbang gelombang Mantap pasti menuju teluk nan teduh di seberang Adalah lembut pangkuanmu nan harum, Ibu Karena dikaulah sejatinya hatiku, yang begitu dekat Tempat aku tenteram bercurhat Mencurahkan rasa, berbagi suka duka Karena akhlakmu nan cantik, penuh limpahan kasih Keikhlasan bercahaya sepanjang perjalanan Tak pernah lelah mensyukuri nikmat karunia Tawakal sabar atas segala ujian dan duka nestapa Ibu oh Ibu Yakinku penuh di telapak kakimu Terbentang firdaus biru Karena asah asih asuhmu nan tulus Bagi putra putrimu Kau bimbing kami dengan penuh kesabaran dan kesadaran Meniti jalan lurus dengan suksma kudus Doa suci muliaku deras mengalir untukmu Bersama