Langsung ke konten utama

Atmosfer Maguwoharjo Tahun Lalu

Fireworks and rollpaper party jelang pertandingan
di International Maguwoharjo Stadium, Sleman.
Sepakbola. Siapa yang tidak tahu permainan yang digemari hampir seluruh penjuru dunia ini? Tidaklah asing juga bagiku mendengar kata sepakbola. Tapi urusan bagaimana alur bermain dan aturan-aturannya jangan tanya. Termasuk jangan tanyakan siapa dari klub mana pemain-pemain nasional maupun internasional. Ketika dunia memperdengarkan sorak lapangan hijau yang menggema. Aku menjadi seseorang yang selalu tidak paham tentang hal itu.

Hanya sebagian kecil saja nama-nama pemain internasional yang kutahu. Itupun dari temanku, seperti Christiano Ronaldo dan Ozil. Ya, aku orang yang bisa dikatakan tidak begitu tertarik dengan dunia sepakbola. Walaupun tidak ada pemain atau klub kesayangan seperti kebanyakan orang, ingin rasanya sekali saja merasakan atmosfer keriuhan menonton bola live di stadion. Membayangkan ikut arus saat membuat ombak raksasa yang biasa terlihat ketika pertandingan ditayangkan di televisi. Selain itu, kemeriahan saat mencetak gol pasti gaduh sekali.

Up your hands!
 Suatu hari teman dekatku yang besar di Lampung berniat menonton pertandingan sepakbola di stadion Maguwoharjo Sleman, Jogjakarta. Kali ini pertandingan final Divisi Utama LPI antara Lampung FC melawan PSS Sleman. Aku sangat tertarik menyaksikan pertandingan itu bersamanya. Dihari yang telah ditentukan, kami akhirnya berangkat dengan penuh harap Lampung FC menang. Aku tidak tahu pertandingan apa ini dan sejak kapan dimulainya, dia yang menerangkannya padaku. Dia juga bercerita banyak tentang beberapa hal dalam dunia sepakbola. Dari dialah aku sedikit tahu aturan main sampai rahasia umum perpolitikan yang kerap hinggap di dalamnya.

Bendera raksasa dari Slemania
Sesaat setelah sampai di luar stadion, aku sempat takjub melihat betapa besar stadion dan banyaknya suporter berbaju hijau hitam dari kubu PSS Sleman yang bertaburan dimana-mana. Tak lama kemudian kami masuk ke dalam stadion, kami mencari tempat suporter Lampung FC yang ternyata berpindah ke tribun VIP. Segera saja kami mengikuti mereka dan bergabung bersama suporter dari tim yang dijuluki Gajah Beringas itu. Temanku yang satu ini menyempatkan waktu membuat banner besar khusus untuk mendukung tim dari kota kelahirannya. Seketika dia melebur dengan yang lain, tak ada canggung sama sekali, serasa bertemu keluarga sendiri di Jogja.

Koreografi 'THANKS PSS' dari Brigata Curva Sud (BCS)
Permainan segera dimulai, dan mulutku kembali menganga saat dikejutkan dengan pagelaran flares, smoke bomb, dan kembang api. Dilanjut bendera Indonesia raksasa dari pendukung PSS Sleman di tribun utara, yaitu Slemania. Temanku sudah berbisik sebelumnya, "..nanti kamu pasti ga konsen melihat pertandingan, tapi lebih tertarik kepada koreo dari suporternya". Hahaha.. Jelas saja, apalagi untuk orang awam seperti aku yang tidak begitu tahu tentang sepakbola. Setelah turun minum kini berganti suporter PSS Sleman tribun selatan, Brigata Curva Sud berkoreo membentuk tulisan "Thanks PSS!". Pertandingan terus berlanjut dan koreografi tetap berlangsung menyihir orang-orang yang melihatnya. Ribut sekali di dalam stadion senja itu.

Sedikit aksi suporter Lampung. Banyak wanita dan keluarga besar,
sepakbola tak mengenal gender maupun usia.
Super Elja (Elang Jawa) julukan untuk PSS Sleman dan Lampung FC menampilkan pertandingan yang cukup sengit. Sungguh disayangkan Lampung FC mau tidak mau harus takluk dengan skor 2-1. Sangat disayangkan apalagi gol kemenangan PSS lahir dari titik pinalti. Aku khawatir benar jika Lampung FC yang menang, entah jadi apa mereka dan suporter yang termasuk kaum minoritas di sini. Haha, lihat saja suporter Elang Jawa, hampir 1 stadion dipenuhi dengan Sleman fans. Setelah wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, pesta besar-besaran malam itu pun dimulai. Sleman fans nampaknya sudah mempersiapkan semuanya, optimis menjadi juara.

Tetap tegak meskipun tim kebanggannya kalah
Diluar itu semua, aku masih saja menikmati riuh ramainya suguhan-suguhan yang ditampilkan. Dan satu momen tak terlupakan saat aku bergabung dengan orang-orang Lampung ini adalah ketika aku memakai siger khas Lampung yang dibuat raksasa. Senang rasanya disambut ramah mereka. Tidak terasa sudah satu tahun kenangan manis itu dilewati. Namun atmosfer dan bau hujan setelah pertandingan kala itu masih melekat dalam ingatanku.
Foto saat turun ke lapangan pasca pertandingan.
Setalah pengalaman kali pertama itu aku tak jarang mengunjungi Stadion Manahan ataupun Sriwedari untuk sekedar melihat Timnas Indonesia maupun Persis Solo berlaga. Ya, suasana riuh dan ketegangannya yang sangat aku nikmati. Hey kamu, terimakasih atas kenangan yang mengesankan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se