Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Stay Close Don't Go

Dia itu... obat pengusir sepi di relung hati. Imajinya bersatu dengan angan indah. Saling berpadu membentuk formasi bintang yang paling benderang di angkasa raya sana. Tanpa hitungan pasti, dia usil menggoreskan warnanya untuk melengkapi koleksi pigmen yang sebenarnya tak kan pernah ada habisnya. Bersamanya, begitu banyak keajaiban yang datang dan tak terbayar dengan milyaran dolar AS pun. Dia itu prajurit siap mati, berdiri dibarisan paling depan terutama saat keadaan sedang mencekam. Dia yang akan mengulurkan tangannya untuk segera merengkuhku ke hangat pelukannya. Alat penampung segala kesal dan amarah yang meledak bak bom waktu. Tak hanya ada saat bahagia mendera. Penyusup ulung persoalan dan pasti meminjamkan tangannya untuk membantu meluruskan tali yang hampir tak bisa diketahui mana ujung pangkalnya. Dia itu mesin filter yang cukup ampuh. Aku menyayanginya. Maafkan aku pernah mengecewakanmu. Stay close don't go, right?

Santi (5): Good Bye

baca sebelumnya http://dodelias.blogspot.com/2013/05/a-little-robber.html Sekarang siapa yang tidak prihatin dengan kondisi anak yang seperti itu. Akhirnya ada beberapa yang mencoba berbicara serius dengan budhe yang temperamen itu, menyarankan agar Santi dikembalikan saja ke pangkuan ibunya. Kabar terbaru ibunya Santi sudah kembali ke Surabaya dan tidak menjadi TKW lagi. Dulu katanya sempat ibunya Situ meminta Santi dari budhenya tapi ditahan dengan dalih minta tebusan uang untuk ganti rugi selama ini sudah merawat Santi. Padahal ibunya Santi sudah memberikan jatah bulanan yang tidak pernah telat itu budhenya itu. Tapi dia masih tidak terima dan terus saja meminta lebih. Dengan ceramah ngalor-ngiduln, budhenya tak mau kalah, dia melakukan pembelaan. Dia berkata Santi itu bandel, susah diberi tahu, tak mau nurut dan sudah jadi pembangkang. Dia juga berdalih jika ibunya sudah tak peduli lagi pada Santi. Dia pun berjanji akan mengembalikan Santi 2 minggu setelah lebaran. Jika dia

Tempat Ini

Lama sudah aku tak menapakinya. Bau khas menyengat indera yang seolah mengajak untuk terhanyut. Suara angin berbisik. Mencipta irama dari dahan-dahan kurus. Pasir dan bebatuan yang diterpa turut melantunkan lagu lirih ditelinga. Terkadang mengampiri dan tak lama pergi kembali. Akhirnya aku singgah di tempat ini. Di mana ia memberikan sore terbaiknya. Pesisir.

Ngamen

Pekerjaan seperti apa yang kamu citakan? Sungguh ironis jika ada anak menjawab ngamen sebagai pekerjaannya kelak. Ngamen sudah menjadi pekerjaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua mengabdikan diri kepada profesi yang bergelut sengit dengan jalanan. Ada yang hanya sekedar bertepuk seadanya dengan kedua belah tangan mereka, ada pula berbagai macam alat peraga dibawanya. Kebanyakan kutemui pengamen individual daripada berkelompok. Gayanya segala rupa, dari kostum yang dekil hingga nyetil menggunakan kemeja dan sepatu kinclong. Alangkah kontrasnya ketika kulihat salah satu dari mereka yang hendak meminta recehan seusai manggung kilat  menyempatkan diri mengecek handphone layar lebar dari sakunya. Tanpa canggung dia menampakkan kemewahannya pada kami penumpang bus kecil jurusan Krisak pagi itu. Aku hanya tersenyum kecut melihat bapak belum paruh baya yang berkemeja necis berwarna putih, nampak matching dengan sepatu slop yang i