baca sebelumnya http://dodelias.blogspot.com/2013/05/a-little-robber.html
Sekarang siapa yang tidak prihatin dengan kondisi anak yang seperti itu. Akhirnya ada beberapa yang mencoba berbicara serius dengan budhe yang temperamen itu, menyarankan agar Santi dikembalikan saja ke pangkuan ibunya. Kabar terbaru ibunya Santi sudah kembali ke Surabaya dan tidak menjadi TKW lagi. Dulu katanya sempat ibunya Situ meminta Santi dari budhenya tapi ditahan dengan dalih minta tebusan uang untuk ganti rugi selama ini sudah merawat Santi. Padahal ibunya Santi sudah memberikan jatah bulanan yang tidak pernah telat itu budhenya itu. Tapi dia masih tidak terima dan terus saja meminta lebih.
Dengan ceramah ngalor-ngiduln, budhenya tak mau kalah, dia melakukan pembelaan. Dia berkata Santi itu bandel, susah diberi tahu, tak mau nurut dan sudah jadi pembangkang. Dia juga berdalih jika ibunya sudah tak peduli lagi pada Santi. Dia pun berjanji akan mengembalikan Santi 2 minggu setelah lebaran. Jika dia memberatkan biaya, aku yakin akan banyak orang yang membantu Santi untuk berangkat ke Surabaya. Kami warga desa memantau perkembangan Santi dan menunggu 2 minggu setelah Lebaran itu.
Setelah diberi tahu dan diperingatkan kemarin, Santi selalu diajak budhenya ke warung. Tubuhnya yang kurus dengan guratan senyuman lelahnya membuatku tak henti mengelus dada. Sabar ya nduk, batinku.
Berkisar 2 minggu setelah lebaran kemarin, Leknya dari Surabaya datang ke desa menjemput Santi. Entah kenapa ibunya tak ikut menjemput anak semata wayangnya, gosip aneh-aneh pun segera menyebar. Alhamdulillah akhirnya Santi dapat dipulangkan ketempat asalnya. Setidaknya tak ada lagi tekanan menghujam jantung dari budhenya. Setidaknya dia bisa tenang dekat dengan orang tua dan keluarganya disana. Setidaknya dia bisa bernafas lega tanpa ketakutan yang sering menghantuinya. Setidaknya kasih sayang yang sempat dahaga itu bisa segera dan selalu terisi penuh di Surabaya sana.
Aku mengkhawatirkan kondisi psikologi Santi setelah ini. Semoga kejadian mursal lampau bisa segera sirna digantikan pelangi yang menghiasi dinding hatinya yang saat ini masih kuyu.
Selamat tinggal Santi, selamat menempuh hidup baru. Selalu bahagia disana ya, nduk.
Sekarang siapa yang tidak prihatin dengan kondisi anak yang seperti itu. Akhirnya ada beberapa yang mencoba berbicara serius dengan budhe yang temperamen itu, menyarankan agar Santi dikembalikan saja ke pangkuan ibunya. Kabar terbaru ibunya Santi sudah kembali ke Surabaya dan tidak menjadi TKW lagi. Dulu katanya sempat ibunya Situ meminta Santi dari budhenya tapi ditahan dengan dalih minta tebusan uang untuk ganti rugi selama ini sudah merawat Santi. Padahal ibunya Santi sudah memberikan jatah bulanan yang tidak pernah telat itu budhenya itu. Tapi dia masih tidak terima dan terus saja meminta lebih.
Dengan ceramah ngalor-ngiduln, budhenya tak mau kalah, dia melakukan pembelaan. Dia berkata Santi itu bandel, susah diberi tahu, tak mau nurut dan sudah jadi pembangkang. Dia juga berdalih jika ibunya sudah tak peduli lagi pada Santi. Dia pun berjanji akan mengembalikan Santi 2 minggu setelah lebaran. Jika dia memberatkan biaya, aku yakin akan banyak orang yang membantu Santi untuk berangkat ke Surabaya. Kami warga desa memantau perkembangan Santi dan menunggu 2 minggu setelah Lebaran itu.
Setelah diberi tahu dan diperingatkan kemarin, Santi selalu diajak budhenya ke warung. Tubuhnya yang kurus dengan guratan senyuman lelahnya membuatku tak henti mengelus dada. Sabar ya nduk, batinku.
Berkisar 2 minggu setelah lebaran kemarin, Leknya dari Surabaya datang ke desa menjemput Santi. Entah kenapa ibunya tak ikut menjemput anak semata wayangnya, gosip aneh-aneh pun segera menyebar. Alhamdulillah akhirnya Santi dapat dipulangkan ketempat asalnya. Setidaknya tak ada lagi tekanan menghujam jantung dari budhenya. Setidaknya dia bisa tenang dekat dengan orang tua dan keluarganya disana. Setidaknya dia bisa bernafas lega tanpa ketakutan yang sering menghantuinya. Setidaknya kasih sayang yang sempat dahaga itu bisa segera dan selalu terisi penuh di Surabaya sana.
Aku mengkhawatirkan kondisi psikologi Santi setelah ini. Semoga kejadian mursal lampau bisa segera sirna digantikan pelangi yang menghiasi dinding hatinya yang saat ini masih kuyu.
Selamat tinggal Santi, selamat menempuh hidup baru. Selalu bahagia disana ya, nduk.
Komentar
Posting Komentar