Langsung ke konten utama

Asing Dengan Bahasa Sendiri

Bahasa adalah cara yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa tidak melulu diucapkan, bisa diungkapkan dengan berbagai cara. Diawali dari bahasa ibu, setiap kita pasti belajar berkomunikasi dari ibu. Naik lagi ke bahasa daerah, bahasa kebiasaan lingkungan dalam suatu daerah yang sudah sejak dulu kala yang mengalami pengulangan dan kebiasaan hingga menjadi bahasa persatuan dalam suatu daerah.
Lalu di atasnya ada bahasa persatuan kita, yakni bahasa Indonesia. Mempersatukan semua daerah dengan bahasa nasional. Setelahnya ada lagi bahasa internasional. "Ketinggalan jaman kalo kamu ga bisa bahasa inggris." Kalo saat ini ga bisa bahasa inggris ga gaul katanya, ketinggalan jaman. Memang bahasa inggris tidak bisa diremehkan, di jaman yang semakin maju, bahasa internasional juga diperlukan untuk "membaca".

Namun disini yang akan dibahas adalah mulai lunturnya nilai bahasa daerah. Kuno katanya, ga gaul juga kalo masih pake bahasa daerah. Malah mungkin dirasa aneh kalo pake bahasa daerahnya sendiri. Banyak dari kita lebih sering pake bahasa Indonesia ketimbang bahasa daerah (di daerah jawa tengah, Solo khususnya), padahal sama-sama orang jawa (jawa disini = jawa tengah), sama-sama orang Solonya. Cuman beli ke warung udah kebiasaan dari kecil pake bahasa Indonesia. Ketemu temen baru juga pake bahasa Indonesia. Pergaulan sehari-hari juga pake bahasa Indonesia. 

Kulihat anak-anak sekolah masih banyak yang pake bahasa jawa (ngoko) kalo jajan di depan sekolahan mereka. Tidak memakai bahasa krama walaupun penjualnya jauh lebih tua dibanding dirinya. Dengan lantangnya anak-anak menganggap para pedagang itu sebayanya. Tanpa tau, atau mungkin gamau tau bahwa cara bicara mereka kurang sopan.

Minus dua kali. Minus pertama, dewasa ini di daerah Kota Solo dan sekitarnya bahasa yang sering diajarkan adalah bahasa Indonesia, orang Solo malah asing dengan bahasanya sendiri di daerahnya sendiri. Minus ke dua,  orang tua kurang mengajarkan atau bahkan tidak mengajarkan bahasa krama pada anak-anaknya. Bahasa krama adalah bahasa sopan untuk kita (orang Jawa) bicara dengan yang lebih tua. Bahkan aku pun masih perlu banyak belajar mengenai bahasa krama, terlebih krama alus. 

Aku tertampar ketika bertemu kakak dari temanku yang udah bertahun-tahun hidup di luar negeri. Saat aku berkunjung ke rumah temanku, kakaknya dengan lugas dan sopannya berbicara dengan krama alus pada kami. Sama sekali tidak sombong dan "sok" bicara pake bahasa Indonesia. Disaat banyak orang menjunjung tinggi gengsi, dia membuka mataku "hey, kita kan sama-sama orang Jawa"

Di daerah solo sini banyak sekali yang demikiam, entah bagaimana untuk luar daerah. Bahasa daerah seolah telah didiskriminasi oleh jaman, bahasa daerah seolah hanya untuk orang-orang jadul aja. Banyak dari generasi muda lebih banyak membiasakan diri berbahasa Indonesia dibanding bahasa jawa (krama). Sayang, sungguh amat disayangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se