Langsung ke konten utama

Senjaku UntukMu

Sepulang kerja setelah menaruh peralatan tempur kantor, aku langsung disuruh ke dapur, melahap mi instan yang hangatnya nyaris hilang karena sudah dihidangkan beberapa waktu lalu. 

Kuambil rambak (kerupuk) di tas, melihatku kriak kriuk makan kerupuk sebagai lauknya, Ibu kemudian tanya, "Lho, kog dapet 'rambak'? Darimana?"
"Abis beli dari masjid buk, yang jual simbah-simbah", jawabku.

Setelah itu, kuceritakan sedikit tentang nenek penjual rambak tadi. Selain rambak, simbah tadi juga menjual telur, dan beberapa bungkus kacang tanah yang disangray. Beliau menjajakkan dagangannya di Masjid Besar Baiturrohman Sukoharjo. Lapak yang amat sederhana ia gelar dipinggiran masjid dekat parkiran motor, hampir-hampir tidak nampak ada seorang penjual disitu. Bagaimana tidak, hanya ada bangku kecil berselimut karung plastik bekas dan tempat duduk yang beralaskan tumpukan karung juga.

Awalnya simbah berusia senja itu mengaku membuka lapaknya di taman tengah depan masjid, tempat strategis yang jelas banyak orang yang tau. Namun karena lokasinya ramai dan posisi tengah taman berundak, simbah kepayahan untuk berlalulalang disana, ditambah badannya yang bungkuk membuat langkahnya cukup susah naik turun tangga kecil di kitaran taman.

Beliau bercerita mulai menggelar dagangannya bakda dhuhur sampai bakda isya, diantar jemput oleh anaknya. Sudah cukup lama kuperhatikan simbah yang aku sendiri belum tau namanya itu saat mampir di Masjid Besar Sukoharjo untuk shalat maghrib. Tubuhnya yang renta selalu kutemukan disudut pojok barisan terdepan shaf putri. Ketika niatku membeli dagangannya, beliau masih saja duduk di pojok sana. Mungkin sekalian menunggu shalat Isya, barulah setelah itu kembali ke tempat jualan yang ia tinggalkan begitu saja. Sembari berdagang, tak lupa ia tunaikan kewajibannya shalat tepat pada waktunya. Hanya sedikit orang yang kulihat perhatian dengan simbah, padahal aku yakin banyak sekali orang yang singgah di masjid besar ini dari waktu Dhuhur siang tadi sampe Isya. Namun dagangannya kulihat masih cukup banyak di atas meja jualnya. 

Terharu, prihatin, sekaligus miris melihatnya. Dengan tubuh bungkuk dan lamban untuk berjalan, tak membuat simbah ini meminta belas kasih seperti orang yang berbadan sehat, lebih muda, dan kuat di luar sana. Semangatnya berjualan tanpa mental mengemis pun ia pegang erat. Aku tertegun mendengar jawabannya yang selalu menggunakan krama alus, padahal beliau tau aku jauh lebih muda dibandingnya.
Hey, kamu yang masih kekar, kuat, lengkap sehat wal afiat, apa kamu ndak malu sama nenek ini? Walaupun penghasilannya sedikit, tapi insyaAllah berkah tanpa mengemis. Tidak  menengadahkan tangan yang kosong demi mengais recehan dari satu tempat ke tempat lain. Apa kamu ndak eman sama tubuh sehat kamu yang masih bisa lebih banyak berkreasi ketimbang mengemis di jalanan?

Sampai malam hari pun simbah tak lengah dan tak pernah kulihat mengeluh dengan keadaannya. Beliau membuatku mengaca pada diri sendiri, mengajariku untuk selalu bersyukur tanpa terus mengeluh hanya karena hal-hal sepele, dan juga menyentilku kalo masih saja 'nanti' untuk panggilan menunaikan kewajiban.
Sehat terus nggih mbah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se