Salah satu kultum (kuliah tujuh menit) bakda taraweh di mushola dekat rumah saya menceritakan kisah ringan tentang arti sebuah keikhlasan.
Sebuah rumah berhunikan seorang kakek tua bernama mbah Mento mempunyai pohon pepaya di depan rumahnya. Suatu sore menjelang senja, mbah Mento keluar rumah untuk pergi ke mushola. Sepulang dari mushola, dia tak sengaja mendongak ke atas pohon pepaya di depan rumahnya, ada 3 buah menggantung yang sudah mulai matang rupanya. Lalu beliau melanjutkan jalannya masuk ke rumah. Tak lama beliau keluar rumah lagi untuk menunaikan ibadah salat Isya dan Tarawih serta Witir.
Selepas dari Mushola, mbah Mento mendongak lagi ke atas pohon pepaya. Hanya tinggal 2 buah pepaya. Bukannya bingung atau marah, mbah Mento malah merasa kasihan kepada maling pepaya. Sebegitu pinginnya sampai rela malam-malam memanjat pohon yang cukup tinggi ini. Keesokan harinya, mbah Mento berinisiatif memasang tangga di pohon pepaya tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memudahkan orang yang ingin dengan pepayanya bisa mengambil tanpa susah payah.
Satu hari, dua hari, sampai tiga hari, 2 buah pepaya yang matang masih saja menggantung di pohon induknya. Sore harinya, mbah Mento kedatangan tamu membawa beberapa pepaya mahal kualitas super. Orang tersebut ternyata orang yang sebelumnya mengambil pepaya mbah Mento tanpa ijin. Dia malu dengan niatan baik mbah Mento. Langsung dia minta maaf atas kesalahannya pada mbah Mento, dan dengan senang hati mbah Mento memaafkannya.
Yuk belajar ikhlas dari hal yang dianggap sepele.
Sebuah rumah berhunikan seorang kakek tua bernama mbah Mento mempunyai pohon pepaya di depan rumahnya. Suatu sore menjelang senja, mbah Mento keluar rumah untuk pergi ke mushola. Sepulang dari mushola, dia tak sengaja mendongak ke atas pohon pepaya di depan rumahnya, ada 3 buah menggantung yang sudah mulai matang rupanya. Lalu beliau melanjutkan jalannya masuk ke rumah. Tak lama beliau keluar rumah lagi untuk menunaikan ibadah salat Isya dan Tarawih serta Witir.
Selepas dari Mushola, mbah Mento mendongak lagi ke atas pohon pepaya. Hanya tinggal 2 buah pepaya. Bukannya bingung atau marah, mbah Mento malah merasa kasihan kepada maling pepaya. Sebegitu pinginnya sampai rela malam-malam memanjat pohon yang cukup tinggi ini. Keesokan harinya, mbah Mento berinisiatif memasang tangga di pohon pepaya tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memudahkan orang yang ingin dengan pepayanya bisa mengambil tanpa susah payah.
Satu hari, dua hari, sampai tiga hari, 2 buah pepaya yang matang masih saja menggantung di pohon induknya. Sore harinya, mbah Mento kedatangan tamu membawa beberapa pepaya mahal kualitas super. Orang tersebut ternyata orang yang sebelumnya mengambil pepaya mbah Mento tanpa ijin. Dia malu dengan niatan baik mbah Mento. Langsung dia minta maaf atas kesalahannya pada mbah Mento, dan dengan senang hati mbah Mento memaafkannya.
Yuk belajar ikhlas dari hal yang dianggap sepele.
Komentar
Posting Komentar