Hai, rindu. Petang namun tak gelap sempurna. Sosok bola putih bercahaya terang malam itu. Purnama paripurna. Hanya satu yang disayangkan, ini kelu, menambah rindu.
Tak ada yang namanya permisi untuk rindu. Tak ada ikatan waktu dan tempat untuknya. Dia datang dan pergi sesukanya. Mengintai pikiran dan hati manusia.
Rindu lelehkan bekunya es batu. Rindu menghalusinasikan waktu yang berjalan menjadi begitu lamban.
Rindu mengundang senyum, menyuguhkan kenangan, hingga luberan mata air di pipi. Sesak dada yang tak tertahankan menambah drama saat rindu sedang melanda.
Ketika dirundungnya, hati terkadang tak sadar secara penuh. Pun pikiran. Hal-hal sepele sangat mudah menambah keadaan semakin runyam saja. Memancing emosi. Sensitif. Ada-ada saja.
Rindu kian menjalar, merangsang manusia menjadi pecandu. Hanya dari hal sederhana melihat album penuh kenangan. Mengingat momen kebersamaan yang tak bisa dibeli dengan apapun. Mengingat apa yang seharusnya tidak diingat. Membuka lembaran memori yang harusnya tidak dibuka lagi.
Rindu mengalahkan kebencian. Mampu menjadi anastesi luka yang pernah ada. Rindu adalah salah satu ramuan yang ampuh untuk melumpuhkan pertahanan diri.
"Rindu akan mengendap seperti endapan kopi yang tidak pernah diminum."
Terkadang rindu mengenyangkan tanpa harus diisi.
Rindu mungkin sama seperti semesta malam ini. Saat mata lekat ke atas langit. Mampu melihat namun tidak untuk diraih.
Rindu menawarkan kebahagiaan semu saat kenangan indah yang muncul di permukaan. Namun tak jarang secara bersamaan menyuguhkan kegelisahan setelah otak menyeting sedemikian rupa di alam bawah sadar sana.
Yah, tawaran manakah yang akan kamu ambil untuk Rindu? Sudahkah menemukan penawarnya? Membiarkan atau memupuknya itu pilihan kamu. Apapun itu bersiaplah untuk menerima apapun kenyataan di depan sana. Yakin bahwa rencana Nya lebih indah dari rencana kita yang hanya sebagai hamba. Namun jangan salahkan rindu.
Tak ada yang namanya permisi untuk rindu. Tak ada ikatan waktu dan tempat untuknya. Dia datang dan pergi sesukanya. Mengintai pikiran dan hati manusia.
Rindu lelehkan bekunya es batu. Rindu menghalusinasikan waktu yang berjalan menjadi begitu lamban.
Rindu mengundang senyum, menyuguhkan kenangan, hingga luberan mata air di pipi. Sesak dada yang tak tertahankan menambah drama saat rindu sedang melanda.
Ketika dirundungnya, hati terkadang tak sadar secara penuh. Pun pikiran. Hal-hal sepele sangat mudah menambah keadaan semakin runyam saja. Memancing emosi. Sensitif. Ada-ada saja.
Rindu kian menjalar, merangsang manusia menjadi pecandu. Hanya dari hal sederhana melihat album penuh kenangan. Mengingat momen kebersamaan yang tak bisa dibeli dengan apapun. Mengingat apa yang seharusnya tidak diingat. Membuka lembaran memori yang harusnya tidak dibuka lagi.
Rindu mengalahkan kebencian. Mampu menjadi anastesi luka yang pernah ada. Rindu adalah salah satu ramuan yang ampuh untuk melumpuhkan pertahanan diri.
"Rindu akan mengendap seperti endapan kopi yang tidak pernah diminum."
Terkadang rindu mengenyangkan tanpa harus diisi.
Rindu mungkin sama seperti semesta malam ini. Saat mata lekat ke atas langit. Mampu melihat namun tidak untuk diraih.
Rindu mungkin seperti gelap yang menantikan cahaya, ya setidaknya cahaya dari lilin, memberikan sedikit cahaya untuk menunjukkan jalan dan sedikit menghangatkan. |
Rindu menawarkan kebahagiaan semu saat kenangan indah yang muncul di permukaan. Namun tak jarang secara bersamaan menyuguhkan kegelisahan setelah otak menyeting sedemikian rupa di alam bawah sadar sana.
Yah, tawaran manakah yang akan kamu ambil untuk Rindu? Sudahkah menemukan penawarnya? Membiarkan atau memupuknya itu pilihan kamu. Apapun itu bersiaplah untuk menerima apapun kenyataan di depan sana. Yakin bahwa rencana Nya lebih indah dari rencana kita yang hanya sebagai hamba. Namun jangan salahkan rindu.
Komentar
Posting Komentar