Langsung ke konten utama

Dua tahun menikah, udah isi belum?



Haaai, lama sekali rasanya tidak menulis cerita. Tentang kenangan yang sering terlewat begitu saja, moment yang berangsur terlupakan karena ditimpa dengan kenangan yang baru. Selain sebagai pengingat, banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan refleksi diri karenanya.

Dalam kehidupan akan selalu ada pertanyaan klasik yang tak lekang oleh zaman. Setelah lulus SMA akan ditanyai kuliah dimana, lalu kerja dimana, kapan nikahnya, kapan punya anak, kapan tambah anak lagi, dan masih banyak lagi. Usia pernikahanku sudah 2 tahun dan belum dikaruniai anak, pertanyaan seputar kapan punya anak pun sudah kerap kali ditanyakan. Dari yang mulai ditanggepi dengan santai sampai geram sendiri. Terlebih adikku yang baru menikah tetapi lebih dulu diberi titipan oleh Allah, pertanyaan mulai beragam.

Mulai dari, “Udah isi belum?”

“Gimana ko ga jadi-jadi..” simbah-simbah mulai pada nanyain.

“Bisa ‘ngadoninnya’ ga sih? Adonannya bantet kayanya..” ini becanda sih, tapi tapi.

“Yang sabar ya nduk,” kutanya “sabar kenapa ya bude?” , bude jawab “udah diduluin” selain adikku kebetulan anaknya yang baru menikah juga udah dikasih hamil. Aku baru pulang kampung setelah sekian lama tapi hal pertama yang ditanyakan bukan kabar tapi suruh sabar. Hoghey.

Sampai yang terakhir ada temen rumah yang tanya, “Pie ko disalip adine ki?” pertanyaan biasa tapi datang diwaktu yang kurang tepat, saat itu disekeliling kami banyak orang karena lagi ada acara di rumah. Akhirnya ku sontak menjawab “mbokkiro ngono kui balapan?” dengan nada yang agak tinggi. Harap bersabar ini ujian.

Aku tahu dan paham betul pertanyaan seperti itu sudah sangat biasa, tapi karena waktu dan suasana hati yang labil terkadang membuat sakit telinga dan sakit hati saat mendengar pertanyaan itu.

Saat pulang kampung terakhir itu juga, tiba-tiba suami minta aku tespek karena ngerasa aku udah telat menstruasi. Kubilang nanti saja kalo udah balik Depok. Karna siklus menstruasiku sering tidak teratur, aku ga ada pikiran macem-macem, terlebih ga ada tanda-tanda hamil seperti mual muntah dll.

Sesampainya di Depok, tanggal 6 Januari di siang bolong aku disuruh tespek lagi. Tidak biasanya dia minta buru-buru, padahal sebelumnya dia ga terlalu ngeh kalo aku telat datang bulan. Akhirnya tespek juga, dan hasilnya garis 2, yang satu samar banget. Sebelumnya pernah tes tapi garis hanya 1, belum pernah ada garis samar seperti itu, lalu aku tes lagi dan hasilnya sama. Oh, mungkin belum hamil. Beberapa menit kemudian aku lihat lagi karena kepikiran sama garis yang samar tadi, dan ternyata kedua garis samarnya terlihat lebih jelas dari sebelumnya, Alhamdulillaah, apa ini hamil beneran Ya Allah?

Ucap syukur kupanjatkan meskipun masih kepikiran ini bener engga ya. Melihat ada juga kasus yang positif tespek belum tentu hamil, aku pengen USG tetapi suami bilang nanti aja masih terlalu dini. Hari ini tespek, besoknya keluar flek mirip tanda-tanda menstruasi, ini flek apaya, berbahaya engga ya. Akhirnya ke klinik untuk USG dan hasilnya positif hamil 6 minggu, Alhamdulillaah. Dan kata bidannya flek tersebut bisa timbul karna beberapa sebab, dan masih wajar. Setelah periksa, makan harus bener-bener dijaga untuk kesehatan diri dan janin dalam perut.

Namun beberapa hari kemudian flek belum berhenti, dan beberapa kali sempat ada darah yang keluar dikit-dikit. Aku konsultasi lagi dengan bidan via WA tapi katanya jika ada pendarahan yang cukup banyak baru disuruh periksa dengan dokter. Karena khawatir, aku dan suami pergi ke dokter tanpa menunggu pendarahan. Kata dokternya flek berhari-hari ini sudah tidak wajar, aku disuruh mengurangi aktifitas dan diberi obat penguat kandungan. Lemes~

Dua hari bedrest, malam harinya tanggal 12 Januari keluar darah banyak seperti menstruasi pas lagi deres-deresnya, terasa gumpalan-gumpalan keluar juga. Darah ini keluar pas aku lagi buang air kecil, tapi ga kelihatan gumpalannya di toilet, pendarahan dengan gumpalan ini terjadi 2x malam itu. Lemes banget dan cuma bisa nangis sendiri karna suami masih di kantor.

Aku sharing dengan bidan lain dan teman-teman yang sempat keguguran, ternyata tandanya berbeda-beda. Ada yang keluar begitu saja tanpa tau dia ternyata hamil, ada yang tanpa gejala tapi janinnya ga berkembang pas di USG, dll. Dari situ aku coba mulai ikhlas, apapun hasilnya setelah bedrest 14hari, itu semua sudah kehendak Allah.

Kata suami "Kalo nanti keguguran gimana?" aku tanya balik dengan pertanyaan yang sama jawabnya "Kalo keguguran ya gapapa, berarti belum rejekinya". Bismillah ikhlas dan pasrah.

Tanggal 25 Januari 2021 selepas bedrest, aku dan suami kembali ke RS untuk USG, hasilnya aku keguguran. Astaghfirullaah, Alhamdulillaah. Belum rejekinya tapi Allah masih beri mudah semuanya, aku tidak harus dikuret karena rahimnya sudah bersih dan hanya diberi vitamin saja. Beberapa hari setelahnya memang masih ada bercak darah yang keluar, kemungkinan darah pembersihan pasca keguguran. MasyaAllah Alhamdulillaah, nikmati prosesnya.



Pasca keguguran mulailah flashback, apa yang salah ya kenapa bisa keguguran. Apa gara-gara pulang kampung kemaren? Apa karena tidak mengetahui lebih awal kalo hamil? Sampai akhirnya ada sahabat yang bilang “kamu jangan nyalahin siapa-siapa, itu udah ditakdirkan dari Allah”. Salah satu pelajaran yang sangat berharga, setelah mendapatkan kabar kehamilan yang selama ini ditunggu dan beberapa hari kemudian Allah ambil lagi. Ya, semuanya adalah milik Allah dan akan kembali padaNya. Aku yakin Allah paling tau waktu yang tepat dan mana yang terbaik untuk hambaNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s