Langsung ke konten utama

Tour Brebes (1): Akhirnya, Brebes

Sebelum hari keberangkatan Tour de Brebes, segala kebutuhan telah dipersiapkan sematang mungkin. Dari mulai kondisi fisik dan mental para bikers, kondisi motor yang kali ini harus tahan cobaan berkali-kali lipat dari biasanya, sampai briefing beberapa kali yang sengaja diadakan untuk list ulang dan memastikan semuanya sudah siap. Selain kami membawa bekal secukupnya untuk masing-masing orang, kami juga mempersiapkan perbekalan untuk tim. Seperti membeli chainlube, membawa pompa angin, obat-obatan, hingga bekal nasi untuk makan siang keberangkatan di jalan nanti. Sebisa mungkin biaya pengeluaran ditekan. Kami sangat antusias menunggu datangnya esok hari.

Keberangkatan direncanakan jam tujuh pagi. Kali ini selisih dua jam dari rencana awal, jam karet. Doa restu orangtua menyertai keberangkatan kami pagi itu. Perjalanan ini bukan main-main. Normal waktu ketika naik bus saja dibutuhkan tujuh jam lamanya untuk sampai di kota yang terkenal dengan telur asin ini. Rombongan berjumlah 16 orang. Pagi itu kami penuh harap, selamat menakhlukan jalanan yang kejam. Menyelesaikan misi sampai tuntas. Kembali dengan senyuman, sama ketika rekahan senyuman semangat kami yang membara di hari keberangkatan. Bismillah.


Awal perjalanan kami lancar, ketika tubuh ini mulai lemah, Pom bensin adalah salah satu tempat istirahat sejenak kami. Setelah pulih, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Begitu seterusnya. Diawal keberangkatan, setelah mampir Pom, kami singgah di Masjid Raya Baiturrohman Semarang. Setelah shalat, rombongan memutuskan mencari spot terdekat masjid yang bisa digunakan untuk makan siang bersama dengan bekal yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah kenyang, kami lanjutkan perjalanan. Jika rombongan sudah terlihat kuyu, segera saja mencari tempat istirahat untuk sekedar minum dan makan camilan seadanya atau melemaskan otot-otot tubuh yang kali ini sering menegang.

Setelah beberapa kali berhenti di Masjid dan Pom bensin untuk sekedar beristirahat dan menambah stamina para bikers, top leader rombongan berhasil menemukan alun-alun Brebes. Selang beberapa menit, kami dijemput oleh teman kami, Mbadil dengan membawa satu adiknya. Karena tubuh kami berasa akan rempal, tak berlama-lama lagi langsung tancap gas menuju rumah kediaman bapak Tarmudi. Alhamdulillah, sampai juga dirumah target utama touring kali ini. Malam Brebes, dapat salam dari Solo.

Kami disambut ramah keluarga Mbadil. Segala macam makanan langsung disajikan, cacing perut ini sudah meronta sedari tadi. Dirumah itu ditinggali oleh Bapak dan Ibu, Mbak Dina, Hani, Nia, Hana, Ibam dan Yusuf. Terimakasih sudah mau menampung rombongan yang tidak sedikit ini. Setelah perut terisi dan bercerita pengalaman amazing touring hari itu, kami bergegas tidur. Sudah ada agenda untuk esok hari. Kami harus mengistirahatkan total fisik yang sudah terasa lelah. Rombongan dipisah, untuk perempuan tetap stay di rumah, dan laki-laki sudah disediakan hotel islami di dekat rumah, masjid.

Pagi pun menyongsong. Tak menyangka, aku dan rombongan sudah sampai di Brebes dengan selamat malam tadi. Pagi ini kami mulai dengan sarapan di pantai. Pantai Randusanga namanya, berjarak sekitar lima menit dari rumah Mbadil dengan menggunakan motor. Di sepanjang jalan menuju pantai, terdapat banyak peternakan bebek penghasil telur asin. Matahari mulai meninggi namun para lelaki itu belum saja terlihat batang hidungnya. Kami para wanita mendahului pergi ke pantai. Pantai masih sangat alami, terlihat sepi dan kurang terurus oleh masyarakat setempat. Setelah sarapan bersama-sama, aku dan para wanita lainnya terpancing untuk bermain dengan deburan ombak dan pasir. Para laki-laki asyik dengan obrolan mereka sendiri. Kami menikmati suasana pantai pagi itu lengkap dengan hembusan angin laut yang syahdu.


Malam harinya kami pergi ke alun-alun Brebes. Salah satu khas makanan di Brebes adalah Sate Blengong, yakni sate yang dibuat dari persilangan antara bebek dan itik. Mendengar cerita sate yang asing tersebut, aku sama tergiurnya untuk mencicipi makanan khas kota yang juga terkenal sebagai penghasil bawang merah ini. Namun sayang, warung-warung penjual Sate Blengong sudah tutup. Kami belum beruntung. Setelah puas jalan, jajan, dan lari-larian di alun-alun kami segera kembali ke rumah untuk beristirahat. Besok adalah hari terakhir kami di Brebes.
Suasana malam Alun-alun Brebes
Tegalan sekitar rumah Mbadil
Pagi pun kembali menyapa, sebelum beberes untuk tujuan selanjutnya, aku dan tiga wanita lainnya menyempatkan berkeliling kampung dekat rumah dengan berjalan kaki. Udara disini sejuk, hamparan tegalan terlihat hijau luas menawan. Pagi Brebes, kami harus memutar roda motor-motor ini ke tujuan lain siang nanti. Kami harus beranjak darimu. Terimakasih untuk semuanya.
Bikers laki-laki
Bikers wanita
Siang hari setelah rombongan sudah mempacking dan bersiap, kami berpamitan dengan tuan rumah. Terimakasih untuk semuanya keluarga Mbadil, terimakasih sudah bersedia direpotkan. Terimakasih sudah mau menyambut ramah kedatangan kami. Maaf atas kekhilafan kami selama bertamu disini. Sampai jumpa dikesempatan berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se