Langsung ke konten utama

Tour Brebes (3) : Bertaruh Mencari Jalan

Setelah berdoa bersama agar keselamatan selalu menyertai sampai Solo nanti, akhirnya kami mulai menjalankan motor-motor petualang ini dengan ritme yang sudah direncanakan. Kecepatan maksimal adalah 60-70 km/jam, jangan sampai ada rombongan yang terpisah. Perhatikan teman di depan dan belakang kalian. Kami siap melaju.

Perjalanan pulang dari Moga Pemalang adalah hari Jumat, setelah kurang lebih 2 jam kami berhenti di salah satu masjid terdekat yang baru direnovasi saat itu. Untuk para wanita petualang berkeliling mencari mushola yang tak dipakai untuk shalat jumat. Alhasil ditemukan juga mushola di sebuah sekolah dekat masjid. Pintu tertutup. Kami amati ruangan yang diberi plat ‘Mushola’ itu, ternyata rumah yang berpenghuni. Ibu tuan rumah yang keluar menemui kami mempersilahkan untuk shalat di rumahnya. Kami dibuatkan es sirup lengkap dengan berbagai macam makanan kecil. Kami pun cerita banyak soal touring Solo – Brebes yang sedang kami lalui. Beliau mengatakan bahwa teringat anaknya yang sedah berkeluarga nun jauh disana. Terimakasih Ibu sudah mempersilahkan kami masuk.


Selesai shalat dan beristirahat secukupnya, perjalanan pun dilanjutkan. Sekitar 2 jam menyusuri jalanan, kami berhenti sejenak di Pom untuk mengusir dahaga para motor sembari melemaskan bokong yang mulai kaku karena selalu lengket dengan jok motor. Entah daerah mana, tapi yang kami tau Pom yang satu ini sangat unik. Ada kolam ikan yang tak biasa, terdapat ikan raksasa berwarna hitam yang berukuran hampir seperti manusia dewasa. Mata kami terbelalak melihatnya. Sebentar setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali. Kali ini kecepatan rata-rata 70 km/jam.

Sampailah di alun-alun Wonosobo. Selain penjual yang banyak, fasilitas alun-alun ini sangat beragam. Jalur untuk lari-lari, sepeda dua tempat duduk yang disewakan (5000 per 2 putaran), gazebo untuk komunitas break dance, mading yang menyajikan informasi dan sejarah berkaitan dengan alun-alun, sampai pertunjukan kethek ogleng ada disini. Setelah puas menikmati suasana alun-alun yang berbeda dan mencicipi beberapa makanan kami melanjutkan petualangan yang mulai gelap ini.
Pemberhentian selanjutnya adalah perbatasan Wonosobo yang masih alami. Suhu dingin pegunungan sangat terasa. Setelah puas dengan foto-foto sampai mendekati gunung walaupun tetap jauh, rombongan melanjutkan perjalanan kembali. Suhu yang tadinya dingin membekukan, berangsur-angsur berkurang.

Sampai pada akhirnya kami menyelusuri hutan misterius, jalan pintas yang pernah kami bicarakan sebelumnya. Dengan peta ala kadarnya dan insting top leader yang ditunjang dengan banyak bertanya warga dipinggiran jalan, kami memberanikan diri untuk menyusuri hutan tersebut. Awal masuk hutan, jalan yang dilalui baru setengah diaspal dan masih ada yang belum selesai, itupun jarak beberapa puluh meter saja. Jalan seterusnya adalah jalan yang benar-benar masih terjal khas pegunungan, tak ada penerangan apapun dan kanan-kiri jurang. Gelap, sunyi senyap. Sekitar beberapa puluh menit kami masuk ke dalam hutan pegunungan, kami tak kunjung menemukan tanda-tanda kehidupan, kami semakin tegang. Karena hawa yang semakin tak nyaman dan medan terjal jalanan yang semakin mengerikan, akhirnya top leader memutuskan untuk kembali ke jalan yang semestinya, bukan asal menjajal jalan pintas.

Sesampainya di jalan awal sebelum masuk hutan, kami pun segera beristirahat dan sekalian mencari tempat makan. Kami banyak bercerita soal jalan hutan yang misterius tadi. Pengalaman yang menegangkan. Setelah lumayan tenang, rombongan segera melanjutkan laku. Malam kian menyelimuti perjalanan kami lengkap dengan hawa dinginnya. Beberapa jam kemudian, rombongan disuruh berhenti, ternyata bensin motor pasangan Wisnu - Danu habis dan mati dijalan, mereka tertinggal jauh dibelakang. Setelah itu rombongan beristirahat beberapa kali di Alfa / Indo, dan sekali di masjid untuk menjama’ shalat kami.

Perjalanan pulang bisa dibilang cukup sukses, tak ada kendala yang berarti. Semua rombongan masih utuh, Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan. Sampai kampus UNS kira-kira jam 2 dini hari. Akhirnya kami berhasil menakhlukkan jalanan Solo - Brebes. Rasa puas dan bangga pada kami kali ini tak akan terbayar dengan apapun. Banyak pengalaman yang didapat, banyak pelajaran yang diambil. Berharap akan ada petualangan yang luar biasa lagi nantinya.
Terimakasih teman-teman, petualangan luar biasa ini selalu terkenang sampai kapan pun. Aku Sayang Kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se