baca sebelumnya http://dodelias.blogspot.com/2012/09/santi-curhat.html
Semakin hari minggu bulan gosip beredar tidak jelas saja soal Santi. Ada yang bilang budhenya sudah mulai kasar dengan gadis kecil itu, dibentak-bentak sampai tetangga sekitar terganggu. Karna seringnya dibentak dengan suara yang menggelegar, tetangga terdekatnya yang sedang sakit jantung sering kumat bahkan pernah opnam di Rumah Sakit beberapa hari. Ada lagi katanya Santi itu anak pembangkang, belum gosip soal Santi dipukuli dan jarang diberi makan oleh budhenya itu.
Katanya ibuku dicurhati sama tetangga sebelah, mengenai bentakan-bentakan yang dilontarkan ke Santi itu benar adanya. Tiap mendengarnya, salah satu jantung keluarganya itu dag dig dug tidak karuhan. Antara sedih dan tak bisa berbuat apa-apa. Memang benar budhenya itu terkenal temperamen. Jika suaminya di rumah saja hanya membisu melihat istrinya yang sering berulah.
Aku pernah melihat secara langsung sikap temperamennya. Waktu itu aku sedang jajan di warung depan rumahnya, warung sebelum dia pindah di pinggiran sungai. Lagi asiknya bergurau, tanpa aba-aba dia membanting gelas plastik ke tembok yang masih penuh berisi air. Dengan intonasi cukup tinggi dia bilang ke anaknya, "udah dibilangin kalo habis dipake itu dikembalikan Dim.." Seketika Dimas memungut gelas plastik itu dan menaruhnya di dapur tanpa perlawanan dan sepatah kata pun. Mungkin karna Dimas sudah terbiasa diperlakukan "disiplin" oleh ibunya. Cuman masalah sekecil itu saja dia berlagak seperti preman pasar dan tak peduli banyak anak yang sedang menyaksikan adegan tersebut. Hal itu menguatkan dugaanku jika Santi dibentak-bentak dan diperlakukan kasar itu benar. Warga tetangga berempati dengan kondisi Santi karena perlakuan budhenya yang tidak baik padanya.
Santi kadang tak diberi makan oleh budhenya. Jika ditawari makan oleh tetangga termasuk ibuku, dia tidak pernah menolak. Alhasil bentakan lagi yang diterima oleh Santi. Dia dilarang makan di rumah tetangga. Setelah itu para tetangga takut memberinya makan lagi, dan beberapa dengan diam-diam tetap memberikan makan padanya.
Belum lagi jika urusan budhenya entah kelayapan kemana sampai malam hari, mengajak Dimas pula, ditambah kuncinya dibawa pergi. Dia tak pernah menggubris keadaan Santi. Pernah beberapa kali Santi tidur di rumah tetangga karena pintu rumah budhenya itu terkunci. Akhirnya dia kena semprot lagi, dan rumah yang sempat diinapi itu juga enggan berbaik hati menerima Santi untuk tidur disana dengan alasan takut budhenya menyakiti Santi lagi.
Saat aku di rumah, ibu bercerita sempat melihat Santi dipukuli. Dengan berlinangan air mata, beliau menceritakan secara detail kronologinya. Suatu hari Santi disuruh pulang, tetapi dia masih asik bermain dengan teman-temannya. Setelah beberapa waktu kemudian budhenya menyeret tubuh mungil itu dan dengan mursalnya memukuli Santi menggunakan batang singkong yang masih komplit dengan geriginya. Alangkah memarnya tubuh genduk. Aku melongo prihatin melihat ibuku bercerita dengan membayangkan betapa kejernya tangisan Santi. Dimas yang menjadi kakak sekaligus teman bermain sepertinya sudah sekongkol dengan ibunya.
baca selanjutnya http://dodelias.blogspot.com/2013/05/a-little-robber.html
Semakin hari minggu bulan gosip beredar tidak jelas saja soal Santi. Ada yang bilang budhenya sudah mulai kasar dengan gadis kecil itu, dibentak-bentak sampai tetangga sekitar terganggu. Karna seringnya dibentak dengan suara yang menggelegar, tetangga terdekatnya yang sedang sakit jantung sering kumat bahkan pernah opnam di Rumah Sakit beberapa hari. Ada lagi katanya Santi itu anak pembangkang, belum gosip soal Santi dipukuli dan jarang diberi makan oleh budhenya itu.
Katanya ibuku dicurhati sama tetangga sebelah, mengenai bentakan-bentakan yang dilontarkan ke Santi itu benar adanya. Tiap mendengarnya, salah satu jantung keluarganya itu dag dig dug tidak karuhan. Antara sedih dan tak bisa berbuat apa-apa. Memang benar budhenya itu terkenal temperamen. Jika suaminya di rumah saja hanya membisu melihat istrinya yang sering berulah.
Aku pernah melihat secara langsung sikap temperamennya. Waktu itu aku sedang jajan di warung depan rumahnya, warung sebelum dia pindah di pinggiran sungai. Lagi asiknya bergurau, tanpa aba-aba dia membanting gelas plastik ke tembok yang masih penuh berisi air. Dengan intonasi cukup tinggi dia bilang ke anaknya, "udah dibilangin kalo habis dipake itu dikembalikan Dim.." Seketika Dimas memungut gelas plastik itu dan menaruhnya di dapur tanpa perlawanan dan sepatah kata pun. Mungkin karna Dimas sudah terbiasa diperlakukan "disiplin" oleh ibunya. Cuman masalah sekecil itu saja dia berlagak seperti preman pasar dan tak peduli banyak anak yang sedang menyaksikan adegan tersebut. Hal itu menguatkan dugaanku jika Santi dibentak-bentak dan diperlakukan kasar itu benar. Warga tetangga berempati dengan kondisi Santi karena perlakuan budhenya yang tidak baik padanya.
Santi kadang tak diberi makan oleh budhenya. Jika ditawari makan oleh tetangga termasuk ibuku, dia tidak pernah menolak. Alhasil bentakan lagi yang diterima oleh Santi. Dia dilarang makan di rumah tetangga. Setelah itu para tetangga takut memberinya makan lagi, dan beberapa dengan diam-diam tetap memberikan makan padanya.
Belum lagi jika urusan budhenya entah kelayapan kemana sampai malam hari, mengajak Dimas pula, ditambah kuncinya dibawa pergi. Dia tak pernah menggubris keadaan Santi. Pernah beberapa kali Santi tidur di rumah tetangga karena pintu rumah budhenya itu terkunci. Akhirnya dia kena semprot lagi, dan rumah yang sempat diinapi itu juga enggan berbaik hati menerima Santi untuk tidur disana dengan alasan takut budhenya menyakiti Santi lagi.
Saat aku di rumah, ibu bercerita sempat melihat Santi dipukuli. Dengan berlinangan air mata, beliau menceritakan secara detail kronologinya. Suatu hari Santi disuruh pulang, tetapi dia masih asik bermain dengan teman-temannya. Setelah beberapa waktu kemudian budhenya menyeret tubuh mungil itu dan dengan mursalnya memukuli Santi menggunakan batang singkong yang masih komplit dengan geriginya. Alangkah memarnya tubuh genduk. Aku melongo prihatin melihat ibuku bercerita dengan membayangkan betapa kejernya tangisan Santi. Dimas yang menjadi kakak sekaligus teman bermain sepertinya sudah sekongkol dengan ibunya.
baca selanjutnya http://dodelias.blogspot.com/2013/05/a-little-robber.html
Komentar
Posting Komentar