Aku mempunyai piaraan, sebut saja
kura-kura hijau. Tubuhnya tak berubah sedikit pun dari awal aku dibelikan.
Ukurannya cukup besar, bukan kura-kura kecil yang biasa dipelihara kebanyakan
orang. Yang aku punya spesial. Dia sudah hampir satu tahun bersamaku. Meski dia
sering aku tinggal dalam tugas di luar, dia juga tak luput dari perhatianku
saat aku berada di rumah. Dia bisu. Tak sedikit pun suaranya terdengar olehku.
Dia tak suka air. Dia memilih hidup dengan selalu ada di udara dan kegelapan.
Dia sering aku letakkan dibawah baju-baju yang tergantung dilemari. Tenang
sekali. Tak pernah berontak dan selalu mau apapun yang masukkan kedalam
mulutnya. Aku selalu mengisi perutnya dengan penuh harapan ketika nanti
memerlukannya. Untuk saat ini aku sangat membutuhkannya.
Hari ini senin, tak biasanya aku
bergegas pulang. Jadwal pulang biasanya hari sabtu-minggu. Karena waktu yang
belum mendukung, akhirnya aku undur dan memutuskan pulang hari ini seusai bertemu
dosen di kampus. Kali ini aku naik bus yang baru saja dibuat trayek-trayek
baru. Untungnya aku turun di jalan yang hampir semua bus lewati. Tak menunggu
lama, aku langsung oper ke bus lain, karena perjalanan pulang membutuhkan dua
kali naik bus yang berbeda. Hari ini aku semangat sekali pulang ke rumah,
seperti biasanya. Panas, gerah, rasa kantuk dan bau apek tubuh kerap
kali menempel padaku. Tak apalah, nikmati perjalanan, ini menyenangkan,
pikirku menenangkan. Tak biasanya aku rindu dengan kura-kura hijauku.
Sesampainya di rumah, tak sabar
melihatnya. Aku berganti baju dan bersiap memegang kura-kura hijauku. Itu dia,
akhirnya kulihat juga dia yang sedari dulu memilih persembunyian dibawah
baju-baju yang tergantung di lemari. Tanpa basa-basi lagi tanganku mengambilnya
dari kegelapan. Tubuhnya tak bertambah berat sedikitpun dari pertemuan terakhir
kami, satu mingguan yang lalu. Kura-kura ini diam seperti biasa. Apakah dia
tahu apa yang aku pikirkan kepadanya? Entahlah, mungkin begitu. Aku elus
tubuhnya, aku ambil benda tajam seadanya, dan setelah mengatur nafas, aku
menyobek sedikit demi sedikit tubuh kura-kura hijauku. Tak ada darah yang
keluar darinya. Dia tak mengaduh sedikit pun, sepertinya dia tahu kegelisahan
apa yang ada dalam benakku. Walaupun luka dia tak bisa disembuhkan total,
walaupun kematiannya tak bisa ditukar dengan apapun, walaupun dia harus lenyap,
dia ikhlas lahir bathin. Dia mengerti aku sedang membutuhkannya.
Aku tengoklah tubuh dalamnya dari
sobekan yang kubuat. Sungguh tak diduga, harapanku tentang isi tubuh kura-kura
hijauku musnah seketika melihatnya. Bagian dari tubuhnya menghilang. Tak
sepenuh kelihatannya. Ada yang mengambil isinya sebelum kusobek tubuhnya. Siapa
yang melakukannya? Bagaimana bisa? Aku kecolongan isi kura-kuraku
sendiri dengan posisiya yang masih utuh? Ataukah ada yang sempat menukar
kura-kura hijauku selama ku berada di luar? Harapanku runtuh. Penyesalanku
timbul seketika. Dia sudah mengorbankan sekali hidupnya untukku. Mungkin jika
dia bisa bicara, dia akan bercerita soal isi tubuhnya yang banyak menghilang
itu. Mau bagaimana lagi? Kali ini aku tak beruntung. Saat ini isi tubuh
kura-kura hijau aku pindahkan ke tubuh lain yang lebih kecil. Hanya itu yang
bisa kulakukan. Maafkan aku, hanya itu yang bisa kulakukan.
baca ceritanya kok aku jadi sedih ya. satu tahun waktu yang tak sedikit. melepas tak semudah saat pertama kali memiliki. #halah
BalasHapuslain kali jaga baik-baik mbak.. :p
salam blogwalking :)
hehe.. makasih
BalasHapus