Langsung ke konten utama

Isyarat dari The Crucible

Apa yang kita lakukan bukan untuk mengubah dunia, namun agar dunia tidak mengubah kita

Inilah kalimat yang akan kita dapati ketika menyaksikan film The Crucible (Silenced) pada akhir kisahnya. Sebuah film yang mengangkat tentang kejahatan seksual di asrama anak-anak tuna wicara.

Pada awalnya In Ho (Gong Yoo) yang merupakan guru pendatang di sekolah Jae Ae,  kota Gwangju, Korea Selatan, mendapati sesuatu yang janggal terhadap beberapa muridnya. Beberapa siswa tampak pendiam, seperti dihantui rasa takut. Disinilah awal kecurigaan In Ho terhadap kondisi anak didiknya.

Sampai pada akhirnya saat pelajaran sekolah usai, ia melihat Yoo Ri (Jung In Seo) yang duduk di pintu jendela asrama. In Ho pun panik dan menyerukan Yoo Ri untuk turun. Yoo Ri yang tak menurutinya, membuat In Ho bergegas ke asrama. Namun pada saat menghampiri Yoo Ri, In Ho mendengar suara gaduh dari tempat pencucian pakaian. Betapa kagetnya ia ketika mendapati Yeon Doo (Kim Hyun Soo) salah satu murid sekolah yang di siksa oleh pengawas asrama, Yun Jae Ae.


Yun Jae Ae beralasan Yeon Doo melanggar aturan dan pantas untuk dihadiahi hukuman. Hukuman yang diberikan pun tergolong sadis, Yun Jae Ae memasukan kepala Yeon Doo ke mesin cuci sehingga ia harus mengalami luka lebam di bagian wajahnya.

In Ho pun membawa Yeon Do ke rumah sakit. Kejadian ini sampai ditelinga rekan In Ho, Yoo Jin (Jung Yu Mi), seorang wanita yang bekerja di sebuah pusat Hak Asasi manusia kota Gwangju. Selama di rumah sakit, Yoo Jin kerap menemani Yeon Do. Yeon Do pun berusaha menceritakan apa yang terjadi di sekolah Jae Ae selama ini. Namun Yoo Jin tidak memahami bahasa isyarat, ia pun meminta Yeon Do untuk menulisanya di selembar kertas.

Betapa terkejutnya ia ketika Yeon Do menceritakan kejahatan seksual yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan staf sekolah Jae Ae terhadap dirinya dan dua murid wanita yatim piatu. Tidak hanya itu adik Yeon Do pun menjadi korban tak seronoh oleh guru Min Soo (Baek Seung Hwan).
 

Kasus ini akhirnya dilaporkan In Ho dan Yoo Jin pada dinas pemerintahan dan kepolisisan setempat. Namun berita ini tidak ditanggapi serius. Bahkan penegak hukum di Kota  Gwangju memang sudah bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menutup rapat-rapat kasus ini. Hingga akhirnya ketiga tersangka yakni guru Min Soo, kepala sekolah (Jang Gwang), serta staf sekolah yang juga merupakan adik kembar kepala sekolah Jae Ae diseret kemeja hijau berkat bantuan publikasi dari media televisi.

Cerita tidak hanya sampai disini. Di pengadilan, In Ho dan Yoo Jin harus berhadapan dengan boboroknya keputusan sang pengadil. Satu persatu keluarga korban pun disodorkan iming-iming uang agar kasus ini dapat berakhir damai. Sampai pada pengetukan palu, hanya kekecewaan yang In Ho, Yoo Jin, dan para korban dapatkan.

Saat proses persidangan In Ho juga dibuat dilema karena Ibu kandunganya menginginkan In Ho fokus  mengejar karir untuk menghidupi keluarganya. Keteguhan hati In Ho juga sempat goyah lantaran dibujuk untuk mengakhiri kasus ini oleh guru yang paling berjasa saat ia kuliah.


The Crucible diadaptasi dari novel best seller karya Gong Ji Young yang terinspirasi dari kisah nyata yang pernah terjadi di Gwangju. Film ini sukses memeras rasa kesal kita lantaran ceritanya yang memang sudah membuat penikmatnya dongkol. Latar film seakan dibuat ‘menyeramkan’, terutama situasi di asrama sekolah.

Sepanjang adegan, kita akan disuguhi bahasa-bahasa isyarat yang menjadikan The Crucible terasa istimewa. Peran ketiga anak yang menjadi korban pun dapat dibilang sukses untuk membuat haru penontonnya. Dibeberapa adegan rasa miris akan kekerasan fisik dan seksual membuat film ini beraromakan sadisme. Namun kejenakaan anak-anak serta kedekatan In Ho dan Yoo Jin menjadi bumbu tersendiri dalam The Crucible. Lantas bagaimanakah In Ho menghadapi ini semua? Bagaimana juga nasib para korban kejahatan seksual tersebut?


Judul: The Crucible / Silenced
Sutradara: Hwang Dong Yuk
Penulis: Gong Ji Young (Novel), Hwang Dong Yuk (Script Writer)
Tanggal Rilis: 22 September 2011
Durasi: 125 menit
Distributor: CJ Entertainment

Pemeran
Gong Yoo sebagai Kang In-ho
Jung Yoo Min sebagai Seo Ye-jin
Kim Hyun Soo sebagai Yeon-doo
Jung In-Seo sebagai Yoo-Ri
Baek Seung-Hwan sebagai Min-soo

Pemeran Pendukung
Kim Ji-young sebagai Ibu In-ho's mother
Jang Gwang sebagai headmaster twin brothers
Im Hyeon-Seong sebagai Young-Hoon
Kim Joo-Ryung sebagai Yoon Ja-Ae
Eom Hyo-Seop  sebagai petugas polisi Jang

Trailer Film


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Batik Adi Busana Bekonang

Halo pecinta batik, destinasi kali ini akan membawamu dikenalkan dengan industri batik tulis yang berada di daerah Bekonang, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Sedikit bercerita sejarah bahwa diera 1950-an hingga 1980-an daerah Bekonang dikenal sebagai salah satu pusat batik tulis Jawa Tengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, terutama setelah munculnya industri batik printing dan cap ditahun 1990-an para perajin batik tulis mulai gulung tikar. Salah satu industri yang masih berjaya hingga sekarang adalah Rumah Batik Adi Busana, industri ini mampu bertahan sejak tahun 1970-an lalu. Selain berbentuk rumah dan toko, Rumah Batik Adi Busana dirancang lengkap dengan proses produksinya yang berada di halaman belakang rumah. Mulai dari proses molani sampai penjemuran kain setelah dicuci bersih dari sisa malam yang menempel. Belum lama ini Rumah Batik Adi Busana menambah proses produksi dengan alat cap. Dilihat dari waktu pengerjaan, jelas batik cap lebih cepat daripada batik

Solo wae ~ Lembah Hijau Karanganyar

Bersama Simbah, dan Putri, bertiga bermain ke wisata Lembah Hijau yang sempat menjadi perbincangan di kampus beberapa waktu lalu. Seorang teman mengatakan, berfoto saat senja tiba viewnya bagus, ada kolam renang juga, tempat makan yang tidak biasa dan masih berbaur alam. Seperti apasih Lembah Hijau itu? Penasaran. Setelah menghadiri wisuda, dari ujung Universitas Muhammadiyah Surakarta, kami menuju Lembah Hijau yang terletak di Karanganyar. Setelah beberapa kali salah jalan, kami temukan juga wisata Lembah Hijau. Di pintu masuk terlihat tidak begitu ramai, tidak nampak tempat wisata malah. Hanya terlihat taman kecil dan gedung besar seperti pabrik yang kosong mlompong. Usai memarkir motor di depan gedung tersebut, kami masuk tanpa permisi. Entah memang masuk tidak dipungut biaya atau loket sudah tutup karena kami tiba sore hari. Semakin masuk ke dalam, kami menyusuri rintipan tanaman berpot besar memanjang menuju lokasi utama. Waktu itu kami bertemu dengan rombongan mahasiswa yang s

Sentra Boneka Sayati Bandung

Sentra Boneka Sayati Bandung, salah satu tempat yang mungkin sudah tak asing lagi bagi mereka pencinta boneka di daerah Bandung. Saat berada di Kota Kembang ini aku berkesempatan mengunjungi salah satu sentra pembuatan boneka yang terletak di daerah Sayati. Sebelumnya, kami (aku dan Mbadil) banyak mencari informasi mengenai dimana saja tempat pengrajin boneka di Kota Bandung. Dua tempat yang direkomendasikan salah satu karyawan tempat kami magang adalah daerah Sayati dan Cibadak. Pada akhirnya, diputuskanlah Sentra Boneka Sayati Bandung yang menjadi destinasi kami berburu mainan lucu ini. Daerah Sayati dapat dibilang dekat dengan tempat yang kami singgahi selama magang. Hanya berjarak lima kilometer dari terminal Leuwi Panjang, kalian sudah dapat menemukan Sentra Boneka Sayati Bandung. Tampak dari depan kaca rumah Baru beberapa meter dari jalan raya, suasana kampung pengrajin boneka sudah begitu terasa. Deretan rumah memajang boneka-boneka lucu kreasi warga setempat. Se