Akhir tahun 2014 Solo dikejutkan dengan isu konser Sheila On Seven. Acara ini dikabarkan untuk memeriahkan hari ulang tahun UNS dengan acara bertajuk Closing
Ceremony Artefac Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS. Teman-teman yang nota bene pecinta lagu SO7 sangat antusias mengikuti info terbaru tentang kapan dan dimana pelaksanaan konser. Walau tidak memiliki cap Sheila gank, dan tak banyak hafal lagunya, akupun ikut hanyut dalam keriuhan teman-teman yang tidak sabar menyambut Band yang selalu terlihat muda itu.
Informasi awal mengatakan bahwa konser akan diselenggarakan di Stadion UNS. Beberapa minggu kemudian berganti di Stadion Sriwedari dengan alasan Pak Jokowi akan menyambangi UNS dalam acara memeriahkan semarak hari ulang tahun Universitas Sebelas Maret. Dan sebagai konsekuensinya, H- Pak Jokowi datang, UNS harus Clear Area. Parahnya lagi, beberapa hari sebelum hari H, tempat penyelenggaan konser kembali diganti, kali ini berpindah ke Mangkunegaran dengan alasan stadion Sriwedari kurang luas. Banyak yang mengeluh atas perubahan tempat yang berganti-ganti, namun apa daya kami.
Alhasil konser fix diselenggarakan di Mangkunegaran dekat Ngarsopuro. Acara dimulai sekitar jam 7, namun antriannya jangan tanya. Sore hari sebelum senja menyapa, bejibun anak muda mulai memadati kitaran Ngarsopuro, mereka berebut tempat parkir dan masuk lebih awal untuk bisa mendapat tempat terdepan melihat bintang pujaan hati. Rombongan kami datang sekitar setengah delapan malam, antrian panjang tak terelakkan. Entah berapa puluh ribu jiwa yang membuat lautan manusia malam itu.
Acara dimulai dengan penampilan band-band lokal yang sebelumnya dilombakan, setelah itu yang aku ingat penampilan jenaka Band Fisip Meraung yang cukup populer di jagat kampus dan Solo raya. "... waku yoiso dadi tukang koyo yank mu nanging rasaiki.." Sederet lirik lagu yang cukup membuat kenyang tawa. Setelah pipi kami sakit karena lagu candaan oleh Fisip Meraung, saatnya penampilan Payung Teduh. Band yang katanya cukup terkenal ini berhasil membius para penggemarnya dengan lagu-lagu nina bobo, syahdu. Sayangnya aku hanya tahu beberapa lirik dari beberapa lagunya saja. Dan jujur, aku kurang menikmatinya.
Cuaca hari itu sangat mendukung, tak ada hujan ataupun kekacauan yang berarti. Dan inilah yang saat yang ditunggu-tunggu ribuan manusia di Mangkunegaran malam itu. DUTAAAA. Melengking serempak bak paduan suara. Aura bintang band ternama ini begitu merasukiku dalam tubuhku. Seumur-umur baru kali ini menonton konser dan harus rela berjubel dengan puluhan ribu manusia. DUTAAAAA. Suaraku ikut teriak bersama mereka. AAAAAA. Pecah sekali malam itu. Girang tak karuan. Rasa kantuk terobati seketika, rasa lapar perut pun luluh melihat penampilan mereka diatas panggung.
Sungguh, terbayar sudah perjuangan kami. Malam itu ditutup dengan lagu terbaru andalan Sheila On 7 yang sedang hits di jagad musik Indonesia "Lapang Dada", diikuti dengan pelepasan lampion dari belakang stage. A sweet moment to remember to all of us.
Informasi awal mengatakan bahwa konser akan diselenggarakan di Stadion UNS. Beberapa minggu kemudian berganti di Stadion Sriwedari dengan alasan Pak Jokowi akan menyambangi UNS dalam acara memeriahkan semarak hari ulang tahun Universitas Sebelas Maret. Dan sebagai konsekuensinya, H- Pak Jokowi datang, UNS harus Clear Area. Parahnya lagi, beberapa hari sebelum hari H, tempat penyelenggaan konser kembali diganti, kali ini berpindah ke Mangkunegaran dengan alasan stadion Sriwedari kurang luas. Banyak yang mengeluh atas perubahan tempat yang berganti-ganti, namun apa daya kami.
Alhasil konser fix diselenggarakan di Mangkunegaran dekat Ngarsopuro. Acara dimulai sekitar jam 7, namun antriannya jangan tanya. Sore hari sebelum senja menyapa, bejibun anak muda mulai memadati kitaran Ngarsopuro, mereka berebut tempat parkir dan masuk lebih awal untuk bisa mendapat tempat terdepan melihat bintang pujaan hati. Rombongan kami datang sekitar setengah delapan malam, antrian panjang tak terelakkan. Entah berapa puluh ribu jiwa yang membuat lautan manusia malam itu.
Acara dimulai dengan penampilan band-band lokal yang sebelumnya dilombakan, setelah itu yang aku ingat penampilan jenaka Band Fisip Meraung yang cukup populer di jagat kampus dan Solo raya. "... waku yoiso dadi tukang koyo yank mu nanging rasaiki.." Sederet lirik lagu yang cukup membuat kenyang tawa. Setelah pipi kami sakit karena lagu candaan oleh Fisip Meraung, saatnya penampilan Payung Teduh. Band yang katanya cukup terkenal ini berhasil membius para penggemarnya dengan lagu-lagu nina bobo, syahdu. Sayangnya aku hanya tahu beberapa lirik dari beberapa lagunya saja. Dan jujur, aku kurang menikmatinya.
Cuaca hari itu sangat mendukung, tak ada hujan ataupun kekacauan yang berarti. Dan inilah yang saat yang ditunggu-tunggu ribuan manusia di Mangkunegaran malam itu. DUTAAAA. Melengking serempak bak paduan suara. Aura bintang band ternama ini begitu merasukiku dalam tubuhku. Seumur-umur baru kali ini menonton konser dan harus rela berjubel dengan puluhan ribu manusia. DUTAAAAA. Suaraku ikut teriak bersama mereka. AAAAAA. Pecah sekali malam itu. Girang tak karuan. Rasa kantuk terobati seketika, rasa lapar perut pun luluh melihat penampilan mereka diatas panggung.
Foto diambil dari HP adik Sofia, dengan bantuan tongsis tentunya. |
Komentar
Posting Komentar