Tanpa mengaca dan mungkin memang enggan mengaca, diri ini merasa paling benar. Dan tetap sombong dengan perspektif sendiri. Ketika dengar sekelebat omongan seseorang yang kurang enak tentang kita, langsung marah dan secara tidak langsung memblack list orang tersebut, dimasukkan dalam daftar "musuh".
Belum saja kebenaran dan maksud sesungguhnya kita ketahui sudah menjudge orang seperti itu. Sering terjadi hal-hal seperti itu. Entah seperti apa maksud sesungguhnya, namun hati ini sudah terlanjur sakit akan celotehan yang wira wiri.
Mulutku harimauku. Gampang kita komentar orang lain tanpa beban, namun sebaliknya jika diri ini dikomentari juga tidak terima. Sesakit apa hati kita, ketika sendiri belum sadar akan pentingnya menjaga lisan (dan hati tentunya) maka masalah seperti itu akan terus ada. Akan ada rasa tidak terima dengan "guyonan" yang dilontarkan pada kita.
Setelah hati dan lisan dijaga, insyaAllah ketenangan akan di dapat. Dan sudah pasti bisa menyikapi komentar-komentar miring tentang kita. Meredam telinga panas yang "hanya" menampung hal-hal yang tidak penting.
Susah memang, inilah yang masih susah kulakukan, masih mempelajari seluk diri sendiri. Belajar mengomentari diri sendiri tinimbang orang lain. Jaga hati, jaga lisan. Susah memang, dan harus dilatih untuk tidak asal nyeplos bahkan menyakiti orang lain. Sebanyak apapun orang menyakitimu, berikan dan tetap doakan mereka dalam kebaikan. Karena balasan dariNya akan tetap ada. Bismillah..
*ditulis sepulang dari mini pasar malam di desa*
Komentar
Posting Komentar